Blog lainnya

Translate

Kamis, 15 Maret 2012

Merintis Jembatan Kebahagiaan Dunia dan Akhirat

Buku "Merintis Jembatan Kebahagiaan Dunia dan Akhirat" yang ditulis oleh bapak Soewarno Hasan Basri, Seorang Staff pengajar di fakultas Kehutanan UGM, menyajikan suatu pemahaman bagi setiap orang yang beriman kepada Allah Ta'ala dan hari akhir. Pelajaran yang sangat baik untuk direnungkan ialah bahwa manusia tidak mempunyai sedikitpun untuk membedakan dirinya atau golongannya satu di atas yang lain; apalagi melebihkan diri karena derajat kehormatan, kekuasaan, keturunan dan harta. Hanya golongan manusia bermuka setanlah yang melakukan perbuatan seperti itu. Pada Bagian 1 diuraikan tentang Jiwa Yang Tenang. Sebagian orang sering mengalami kegelisahan yang berakhir dengan keputus-asaan. Agama Islam mengajarkan bahwa Allah Ta'ala yang disembah oleh semua makhluk di bumi maupun di langit sangat bijaksana dan mengasihi ciptaanNya yang senantiasa taat pada perintahNya dan meninggalkan laranganNya. Bab 2, Sesal Dahulu Pendapatan, menguraikan tentang peringatan Allah Ta'ala, bahwa "Dan hanya kepunyaan Allahlah kerajaan langit dan bumi. Dan pada hari terjadinya kebangkitan (kiamat), akan rugilah pada hari itu orang-orang yang mengerjakan kebathilan (QS Al Jatsiyah, ayat 27). Kemudian Rasulullah SAW mengajarkan bahwa "Kuburan adalah awal kehidupan akhirat. Jika seseorang selamat dari padanya, maka setelahnya menjadi lebih mudah. Dan jika tidak selamat dari padanya, maka setelahnya lebih mengerikan (Al Hadits). Salah satu kiatnya menjaga kebathilan dan melaksanakan amal shaleh menjadi bagian dari kebiasaan baik. Bab 3, Menggapai Iman dan Taqwa yang menjelaskan bahwa kesulitan utama manusia dalam mengatasi kehidupan dunia ini adalah nafsu atau dorongan untuk berbuat munkar. Suatu perbuatan yang timbul dikarenakan kekosongan jiwa yang melanda hatinya. Hati adalah pusat dan landasan dasar seorang mukmin. Jadi hati harus selalu dalam keadaan khusyuk. Bab 4, Al Qur'an Cahaya Kegelapan menguraikan tentang firman Allah Ta'ala (QS At Thoha, ayat 50) bahwa: "Musa menjawab: Tuhan kami ialah Allah yang telah memberikan kepada tiap-tiap sesuatu bentuk kejadiannya, kemudian memberinya petunjuk". Kemudian Allah berfirman:"Dan Kami tidak akan mengazab sebelum Kami mengutus seorang Rasul". Rasulullah SAW bersabda:"Barangsiapa membaca Al Qur'an lalu mengamatinya dan mengamalkan yang halal dan mengharamkan yang haram, Allah akan memasukkan ke dalam surga dan Allah menolongnya sampai kepada 10 orang keluarganya yang wajib masuk neraka. Bab 5, Hidup Bermasyarakat, menjelaskan kedudukan pribadi yang hidup bermasyarakat perlu memiliki kesadaran bahwa setiap perbuatan, perilaku dan amal kebajikan yang dilaksanakan dapatlah kiranya menjadi contoh yang baik bagi orang lain. Hidup di dunia ini ternyata tidak sendirian, tidak semua orang dalam kondisi yang sama, maka manusia diajarkan untuk saling tolong menolong terutama dalam hal kebaikan. Bab 6, Hidup Bertetangga, bagian ini menyajikan keterangan bahwa hak dan kewajiban dalam hidup bertetangga pada dasarnya merupakan etiket hubungan sesama dalam banyak hal kehidupan, baik bersifat pribadi maupun secara gotong royong yang dilakukan oleh orang banyak. Rasulullah SAW bersabda:"Dua orang yang tidak dilihat Allah di hari kiamat, ialah orang yang memutuskan persaudaraan dan orang yang jahat dengan tetangganya" (Al Hadits). Bab 7, Hidup Berkeluarga, dalam hal ini Rasulullah SAW bersabda:"Barangsiapa kawin (beristri) maka dia telah melindungi (menguasai) separuh agamanya, karena itu hendaklah dia bertaqwa kepada Allah dalam memelihara yang separuhnya lagi" (Al Hadits). Kemudian Allah Ta'ala mengingatkan dengan firmanNya: "Hak istri yang patut diterima dari suaminya, seimbang dengan kewajibannya terhadap suaminya denga baik". Bab 8, Pribadi Mukmin Yang Baik, mengisyaratkan bahwa tubuh atau raga atau badan kita adalah bagaikan sebuah kendaraan yang sedang mengangkut roh kita masing-masing.
Apabila badan kita rusak karena kesalahan manajemen yang kita lakukan, maka roh kita akan menderita. Al Ghazali menyatakan bahwa janganlah menjadi manusia yang bodoh yaitu orang yang tidak waras akalnya. Bagaimana mungkin seseorang mengharap rahmat Allah Ta'ala sedangkan dia tidak beriman, walaupun beriman tetapi tidak beramal shaleh, atau sudah beramal shaleh tetapi tidak meninggalkan perbuatan maksiat. Puncak dari segala amal perbuatan yang baik ialah keteladanan Rasulullah SAW, dengan kesaksian Allah (QS Al Ahzab, ayat 21). Agama Islam mengajarkan: "Kebahagiaan yang paling bahagia ialah panjang umur dalam ketaatan kepada Allah Ta'ala". Kemudian: "Barangsiapa mengucapkan Laa illaaha illal-laah dengan ikhlas, masuk surga". Para sahabat bertanya "Apa keikhlasannya?".Nabi Muhammad SAW menjawab:"Memagari dari segala yang diharamkan Allah". Bab 9, Meraih Kebahagiaan Dunia, menguraikan bahwa kebahagiaan hidup di dunia dapat diraih apabila manusia menyadari bahwa dirinya tergantung pada orang lain. Agama Islam mengajarkan untuk saling tolong menolong dengan saling meminta dan supaya menyambung tali silaturahim. Imam Al Ghazali mengajarkan kepada para penuntut ilmu, bahwa pada diri manusia ada kesungguhan dan rasa haus kepada ilmu. Aturlah niat, jangan sampai dalam menuntut ilmu bertujuan akan menonjolkan keangkuhan di sisi teman, memikat perhatian orang lain kepada dirinya dan mengumpulkan kekayaan duniawi; sebab yang demikian itu berarti meruntuhkan agama, menjatuhkan harga diri dan menjual pahala akhirat yang abadi dengan kehidupan dunia yang fana. Jika tujuannya seperti itu, niscaya usahanya akan pailit dan engkau akan merugi. Rasulullah SAW bersabda:"Barangsiapa merintis jalan mencari ilmu maka Allah akan memudahkan baginya jalan ke surga" (Al Hadits). Bab 10, Meraih Kebahagiaan Akhirat, menguraikan tentang peringatan bagi seorang muslim yang mukmin senantiasa harus mengingat Sabda Rasulullah SAW, bahwa "Ada tiga macam sifat yang dapat membawa kehancuran, yaitu memperbesar kebakhilan, menuruti hawa nafsu dan membanggakan diri atau menyombongkan diri" (Al Hadits). Kemudian Al Ghazali menjelaskan bahwa sifat-sifat tercela di dalam hati manusia banyak macam ragamnya. Pada umumnya manusia merasa tidak berdaya untuk merubah keadaan hatinya. Namun, agama Islam adalah agama yang menyelamatkan umat pengikutnya. Rasulullah mengajarkan dengan sabdanya:"Andaikan seorang anak Adam telah memiliki harta benda sebanyak satu lembah, pasti ia akan berusaha lagi memiliki dua lembah. Dan andaikata telah memiliki dua lembah, pasti akan berusaha memiliki tiga lembah. memang tidak ada sesuatu yang dapat memenuhi keinginan anak Adam melainkan tanah (tempat kubur yakni mati). Dan Allah akan memberi atau menerima taubat bagi mereka yang bertaubat" (Al Hadits). Semoga resume dari buku tulisan beliau bpk Soewarno Hasan Basri dapat selalu mengingatkan dan menyadarkan diri kita semua, Semoga bermanfaat.... Amin...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar