Blog lainnya

Translate

Rabu, 28 Maret 2012

Makna Al-fatihah saat sholat

Kita smua sdh tahu bhw Surah Al-Fatihah terdiri dri 7 ayat, di turunkan di Makkah, disbt Al-Fatihah (Pembukaan) krn surah inilah di mulainya Al-Qur'an, jg dinamakan Ummul Kitab (induk KitaB), dan kita diwajibkan membacanya setiap kali shalat, Al-Fatihah jg di namakan As-Sab'ul Masani (7 yg ber-ulang2) krn ayatnya ada 7 dan di baca ber-ulang2.

Saat membaca surah Al-Fatihah pd wkt shalat, bnyk skali orang yg cara membacanya ter-gesa2 tanpa spasi, dan se-akan2 ingin cepat selesai shalatnya, padahal disaat kita selesai membaca satu ayat dari surah Al-Fatihah, Allah menjawab setiap ucapan kita, maka dari itu kita hrs berhenti setiap selesai membaca satu ayat.

Dlm Sebuah Hadits Qudsi Allah SWT berfirman :
"Aku membagi shalat menjadi dua bagian, utk Aku dan utk hamba-Ku".
•Artinya: tiga ayat diatas Iyyaka Na'budu Wa iyyaka nasta'in adalah hak Allah, dan tiga ayat kebawahnya adalah urusan hamba-Nya.

»Ktika Kita mengucapkan "Alhamdulillahi Rabbil 'alamin". •Allah menjawab: "Hamba-Ku telah memuji-Ku".

»Ktika kita mengucapkan "Ar-Rahmanir-Rahim"...
•Allah menjawab: "Hamba-Ku telah mengagungkan-Ku".

»Ktika kita mengucapkan "Maliki yaumiddin"...Allah menjawab :"Hamba-Ku memuja-Ku"

»Ktika kita mengucapkan “Iyyaka na’ budu wa iyyaka nasta’in”...
•Allah menjawab: “Inilah perjanjian antara Aku dan hamba-Ku”.

»Ktika kita mengucapkan “Ihdinash shiratal mustaqiim, Shiratalladzina an’amta alaihim ghairil maghdhubi alaihim waladdhooliin.”...
•Allah menjawab: “Inilah perjanjian antara Aku dan hamba-Ku.. Akan Ku penuhi yang ia minta.”
(H.R. Muslim dan At-Turmudzi)

Berhentilah sejenak setelah membaca setiap satu ayat... Rasakanlah jawaban indah dari Allah krn Allah sedang menjawab ucapanmu..

Selanjutnya ucapkanlah "Aamiin" dgn ucapan yang lembut, sebab malaikatpun sedang mengucapkan hal yg sama dgn kita.
Barang siapa yg ucapan “Aamiin-nya” bersamaan dgn para malaikat, maka Allah akan memberikan ampunan kepada-Nya.”

Sabtu, 24 Maret 2012

Kebenaran

Bicara KEBENARAN memang sangatlah rentan timbulkan perdebatan, saya mendapatkan pelajaran sbb.:
Indra Trenggono (2009) menyatakan bahwa sejauh ini masyarakat mengenal ada 3 macam KEBENARAN, yaitu Kebenaran subyektif, obyektif dan sejati.
1.Kebenaran Subyektif.
Kebenaran yang mengukur benar-salah dari kepentingan personal. Dalam kebenaran subyektif ini, sang "AKU" menjadi pusat orientasi nilai. "AKU" bisa bermakna KEKUASAAN dan jelmaan dari "AKU" yang jamak yang menghegemoni Kebenaran Obyektif. Ketika kebenaran subyektif menindas kebenaran obyektif dan kebenaran sejati, yang terjadi adalah distorsi nilai dan sistem sosial yang timpang.
-Dalam konteks hukum, warga negara tidak menemukan kepastian kebenaran dan keadilan.
-Dalam konteks politik, warga negara tidak menemukan demokrasi sejati sehingga kedaulatan rakyatpun tersandera di tangan penguasa.
-Dalam konteks ekonomi, warga negara tidak menemukan kehidupan yang layak dan sejahtera karena ekonomi dihegemoni kelompok elite. Warga negara menjadi obyek eksploitasi.
-Dalam konteks budaya, warga negara tidak mendapatkan hak-hak budayanya yang maksimal: misalnya hak mendapatkan pendidikan, hak mendapatkan informasi, hak mengembangkan kebudayaan dan hak mengembangkan potensi diri.
2. Kebenaran Obyektif.
Kebenaran yang bersifat normatif dan berdasarkan nalar sosial. Kebenaran obyektif paralel dengan kebenaran sejati, karena Tuhan menciptakan kebenaran sejati pada dasarnya untuk kehidupan kolektif manusia, bukan untuk diri-Nya.
3. Kebenaran Sejati.
Kebenaran yang bersumber dari kebenaran Tuhan.
Di antara ketiga kebenaran tersebut ternyata kebenaran subyektif lah yang paling menonjol. Oleh karena itu patutlah kita merenungkan Firman Allas SWT (QS Ali Imran ayat 190):"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang berakal".
Semoga kita termasuk orang-orang yang pandai menghormati hak-hak orang lain serta memahami tanda-tanda kebesaran Illahi, Insya Allah.............

Kamis, 22 Maret 2012

Untuk-Mu Ya ALLAH Seluruh Napas Ini...........

Kehidupan kita hari demi hari sangat luar biasa. Dari hal yang terkecil sampai yang terbesar merupakan keajaiban yang tak mampu di cerna oleh akal, tetapi dapat dipercaya dengan Qalbu. Penciptaan manusia contohnya, berawal hanya dari dipertemukannya air Mani dan sel ovum bisa menciptakan manusia dengan sebaik-baik bentuk.
Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya . (QS. At-Tin: 3)
Tidak hanya itu, tetapi juga disempurnakan dengan kadarnya masing-masing dengan sesuai kegunaan dan fungsi dari setiap yang di bentuk. Memberikan Mata untuk Melihat, telinga untuk mendengar, Kaki untuk melangkah, semuanya disempurnakan dan juga ditentukan kadar kegunaannya
Yang Menciptakan, dan menyempurnakan (penciptaan-Nya), Dan yang menentukan kadar (masing-masing) dan memberi petunjuk (QS. Al-A’laa: 3-4)
Wajar jika hari ini kita patut bersyukur hanya kepada yang telah menciptakan dan menyempurnakan ciptaan-Nya. Tetapi apakah kita sebagai yang diciptakan telah banyak bersyukur? Sebuah pertanyaan besar yang mungkin jawabannya mayoritas adalah belum. Kita menyalahgunakan kenikmatan dan keajaiban yang telah Allah berikan, kita menjadikan napas yang berhembus untuk benda atau seseorang yang sesungguhnya mereka pun belum tentu bisa menolong dirinya sendiri. Terutama terhadap manusia, secara tidak sadar kita telah menyembah thagut dari orang yang kita cintai. Tanpa orang di cintai dan kehilangan mereka kita merasa diri menjadi tak berarti dan tak bermanfaat. Tanpa ada sapa dan pertemuan dengan yang dicintai merasa tak ada lagi semangat dan kehidupan terasa hampa dan sunyi. Kita menjadikan diri kita sangat berguna dan bermanfaat karena tujuan kita hanya ingin dilihat oleh seseorang yang di cintai, ketika mereka telah tiada atau tak lagi mencintai kita, maka kita tak lagi berusaha menjadi yang berguna dan bermanfaat,
Padahal kita telah mengikrarkan diri dan berjanji kepada Allah SWT dalam setiap shalat-shalat yang kita lakukan, apakah Doa yang kita ikrarkan?
Inna shalaatii wanusukii wamahyaaya wamamaatii lillaahirabbil ‘aalamiin.
Sesungguhnya Shalatku, Ibadahku, Hidupku Dan Matiku Semuanya Untuk Allah, Penguasa Alam Semesta.
Maka rasa syukur kita kepada Allah SWT atas keajaiban yang diberikan dalam hidup kita adalah seluruh Napas yang berhembus hanyalah Untuk Allah SWT dan atas syariat yang Allah turunkan. Inilah yang paling mulia, sehingga kita bisa menjadi manusia bermanfaat sekalipun manusia memusuhi kita karena kita memiliki sang Rabb semesta Alam, Untuk-Mu Seluruh Napas ini patut di tujukan hanya kepada Allah SWT, karena hanya Allah yang selalu ingat dengan hambanya, kita menjadi manusia yang selalu berguna dan bermanfaat karena napas kita hanyalah untuk-Nya. Apalagi Allah akan memuliakan orang-orang yang menjadikan setiap hembusan napasnya hanya untuk mengabdi dan taat kepada Allah SWT. Bahkan kita akan merasakan kelezatan dalam hidup kita jika kita menjadikan dan mendedikasikan setiap napas ini hanya untuk Allah dan orang-orang yang mencintai Allah SWT.
“Kelezatan iman akan dirasakan oleh orang yang telah rela menjadikan Allah sebagai Tuhan, Muhammad sebagai Rasul, dan Islam sebagai agama.”
Mengutip dari Qadhi Iyadh, Imam Nawawi berkata: “Makna hadits ini adalah imannya benar, jiwanya tenang dan batinnya tenteram. Karena keridhaannya kepada hal-hal yang disebutkan itu merupakan bukti ma’rifatnya, ketajaman pandangannya dan keceriaan hatinya. Sebab orang yang ridha terhadap sesuatu pasti merasa mudah melakukannya. Demikian pula seorang mukmin, apabila iman telah masuk ke dalam hatinya maka akan mudah baginya melakukan berbagai ketaatan kepada Allah dan merasa lezat dengannya. Wallahu A’lam.”
Nabi SAW bersabda:
"Tiga hal yang jika ada dalam diri seseorang, berarti telah merasakan lezatnya iman, yaitu ia mencintai Allah dan Rasul-Nya melebihi apapun, mencintai seseorang karena Allah semata, dan benci kembali kepada kekafiran seperti kebenciannya bila dilempar ke neraka setelah diselamatkan Allah darinya.”
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata:
“Bila di hatimu tidak ada kelezatan yang bisa kamu dapatkan dari amal yang kamu lakukan, maka curigailah hatimu. Karena Allah Maha Pemberi balasan.”
Maksudnya, Allah pasti membalas amal seseorang di dunia dengan kelezatan, pencerahan dan ketenangan yang ada di hatinya. Bila belum merasakan hal tersebut, berarti amalnya terkontaminasi.

Maka Untuk-Mu seluruh Napas ini....................

Senin, 19 Maret 2012

7 Tanda Kebahagiaan Dunia

Dari Ibnu Abbas ra, ada 7 petanda kebahagiaan dunia, yaitu :

1.Qalbun syakirun atau hati yang selalu bersyukur
2.Al azwaaju shalihah, yaitu pasangan hidup yang soleh
3.Al auladun abrar, yaitu anak yang soleh
4.Albiiatu sholihah, yaitu lingkungan yang kondusif untuk iman kita
5.Al maalul halal, atau harta yang halal
6.Tafakur fi dien, atau semangat untuk memahami agama
7.Umur yang barakah – artinya umur yang semakin tua semakin soleh, yang setiap detiknya diisi dengan amal ibadah.

Firman ALLAH SWT:
“Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka.”(Surah Al Baqarah: Ayat 201)

Minggu, 18 Maret 2012

MAKNA FILOSOFI DARI LAGU GUNDUL-GUNDUL PACUL

Ternyata lagu gundul-gundul pacul mempunyai filosofi yang cukup mendalam, Lagu Gundul Gundul Pacul ini konon diciptakan tahun 1400-an oleh Sunan Kalijaga dan teman-temannya yang masih remaja dan mempunyai arti filosofis yg dalam dan sangat mulia.

'Gundul' adalah kepala plonthos tanpa rambut. Kepala adalah lambang kehormatan, kemuliaan seseorang. Rambut adalah mahkota lambang keindahan kepala. jadi 'gundul' adalah kehormatan tanpa mahkota.

'Pacul' adalah cangkul (red, jawa) yaitu alat petani yang terbuat dari lempeng besi segi empat. jadi pacul adalah lambang kawula rendah, kebanyakan petani.

'Gundul pacul' artinya adalah bahwa seorang pemimpin sesungguhnya bukan orang yang diberi mahkota tetapi dia adalah pembawa pacul utk mencangkul, mengupayakan kesejahteraan bagi rakyatnya/orang banyak.

Orang Jawa mengatakan pacul adalah 'Papat Kang Ucul' (4 yg lepas). Kemuliaan seseorang tergantung 4 hal, yaitu bagaimana menggunakan mata, hidung, telinga dan mulutnya, dengan makna sbb:
1. Mata digunakan untuk melihat kesulitan rakyat/masyarakat.
2. Telinga digunakan untuk mendengar nasehat.
3. Hidung digunakan untuk mencium wewangian kebaikan.
4. Mulut digunakan untuk berkata adil.

Jika empat hal itu lepas, maka lepaslah kehormatannya. 'Gembelengan' artinya besar kepala, sombong dan bermain-main dalam menggunakan kehormatannya.

Arti harafiahnya jika orang yg kepalanya sudah kehilangan 4 indera itu mengakibatkan hal-hal sbb:
1. GEMBELENGAN (congkak/sombong).
2. NYUNGGI-NYUNGGI WAKUL (menjunjung amanah rakyat/orang banyak).
3. GEMBELENGAN ( sombong hati).
4. WAKUL NGGLIMPANG (amanah jatuh gak bisa dipertahankan).
5. SEGANE DADI SAK LATAR (berantakan sia sia, tidak bermanfaat bagi kesejahteraan orang banyak)

Cukup dalam makna dan penjabaran dari lagu ini, patut untuk kita jaga dan lestarikan ke anak cucu sebagai warisan budaya lagu jawa. Semoga mengingatkan dan menyadarkan diri kita sebagai pemimpin... Minimal pemimpin Keluarga.... SEMOGA BERMANFAAT.....

Jumat, 16 Maret 2012

Kiat Agar Suami Disayang Isteri

1. Berhiaslah untuk isteri anda sebagaimana anda senang apabila ia berhias untuk anda.
2. Merayu isteri dan mencandainya.
3. Mempergaulinya dengan lemah lembut dan kasih sayang.
4. Penuhi kesenangannya untuk berbicara dan bercakap-cakap
(bercengkerama).
5. Panggillah isteri dan nama kesukaannya.
6. Jauhilah sikap emosional dan tempramental.
7. Berilah isteri anda rasa aman dan tenang.
8. Membuatnya gembira dengan pemberian yang mengejutkan.
9. Masuklah ke dalam rumah dengan wajah berseri-seri dan tersenyum.
10. Berlemahlembutlah dalam berbicara.
11. Bicarakanlah sesuatu yang menyenangkannya.
12. Memujinya di hadapan keluarga anda dan keluarganya.
13. Menghargai penampilannya.
14. Berikanlah hadiah (romantis) semisal bunga atau selainnya sebagai penguat cinta diantara keduanya.
15. Hilangkanlah kejenuhan rutinitas sehari-hari dengan bertamasya (rihlah) atau selainnya.
16. Terimalah kekurangan-kekurangannya karena tidak ada manusia yang sempurna.
17. Jagalah diri dari perkara-perkara sepele yang dapat bertumpuk menjadi masalah besar.
18. Bantulah isteri anda dalam urusan-urusan rumah tangga.
19. Jangan kikir dengan perasaan anda. Ekspresikan perasaan anda kepadanya dengan kelembutan dan kejujuran.
20. Hargai akal dan buah pemikirannya.
21. Selalulah berbaik sangka kepada dirinya.
22. Bangkitkanlah perasaannya bahwa ia adalah wanita yang ideal bagi anda.
23. Bantulah ia meningkatkan kemampuannya.
24. Jagalah perasaannya terutama di saat haidh dan hamil.
25. Bantulah dirinya di dalam mengurusi anak-anak.
26. Hormati keluarganya, berbuat baik kepada mereka dan tidak melarangnya untuk mengunjungi keluarganya.
27. Makan bersama di rumah atau tempat lain yang tenang dan aman dari fitnah.
28. Berikan pujian dan sanjungan kepada dirinya.
29. Jagalah rahasianya dan janganlah menyebarkannya.
30. Jagalah hak-haknya dan janganlah menyia-nyiakannya.
31. Berbuat adillah kepada dirinya.
32. Perlakukanlah dirinya dengan baik dan lemah lembut.
33. Bersikaplah realistis dan jadikanlah dirinya sebagai isteri yang ideal bagi anda.
34. Bekerja sama dengannya di dalam ketaatan kepada Alloh.
35. Janganlah anda terlalu sering meninggalkan dirinya dan rumah.
36. Yang lalu biarlah berlalu dan jangan suka mengungkit-ungkit kesalahan yang telah berlalu.
37. Jangan memberikan peluang kepada orang lain untuk mencampuri urusan rumah tangga anda.
38. Jauhi motivasi yang buruk tatkala menikah.
39. Jagalah kesehatannya secara intensif.
40. Ajaklah isteri anda ke dalam kebahagiaan anda.
41. Kirimlah surat kepadanya apabila anda jauh darinya.
42. Jelas dan tidak tergesa-gesa apabila anda meminta sesuatu padanya sehingga dia faham dan tidak bingung dengan apa yang anda inginkan.
43. Maklumilah kecemburuannya dan maafkanlah.
44. Bantulah dirinya di dalam menghadapi persoalan-persoalan yang menyusahkan dan membosankan.
45. Ikutilah petunjuk Islam ketika isteri anda berpaling.
46. Jangan menganggap diri anda selalu benar.
47. Mengikuti petunjuk Islam tatkala melakukan hubungan intim.
48. Tidak mendatangi isteri dari dubur atau tatkala haidh.
49. Menjaganya dari pandangan-pandangan jahat manusia.
50. Memberinya anggaran khusus selain biaya hidup sehari-hari.
51. Nikmatilah nikmatnya lupa terutama yang berkaitan dengan musibah musibah yang menyedihkan, kesalahan-kesalahan dan perilaku isteri di masa lalu.
52. Janganlah anda menunggu-nunggu mukjizat, karena isteri anda adalah unik dengan karakternya dan janganlah anda memaksanya berubah sekehendak anda.
Terimalah dirinya apa adanya, tutuplah mata dari kelemahan kelemahannya dan bukalah mata dari kelebihan-kelebihannya. Insya Alloh isteri anda akan semakin mencintai anda. SEMOGA BERMANFAAT.....

Kamis, 15 Maret 2012

Kunci Surga Itu Bernama Kesetiaan

Pada suatu hari, Fathimah Radhiyallahu ‘anha (RA) bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, siapakah perempuan yang akan masuk surga pertama kali. Rasulullah menjawab, ”Seorang wanita yang bernama Mutiah.”

Tentu saja Fathimah terkejut. Ternyata bukan dirinya, seperti yang dibayangkannya. Mengapa orang lain, padahal dia adalah putri Nabi?

Timbullah keinginan untuk mengetahui siapakah Mutiah itu. Apa gerangan yang diperbuatnya sampai mendapat kehormatan yang begitu tinggi?

Sesudah meminta izin kepada suaminya, Ali bin Abi Thalib RA, Fathimah berangkat mencari rumah Mutiah. Putranya yang masih kecil, Hasan, menangis ingin ikut. Maka digandengnya Hasan.

Tiba di depan rumah yang dituju, Fathimah mengetuk pintu, “Assalaamu’alaikum…!”

“Wa’alaikumsalaam. Siapa di luar?” terdengar jawaban dari dalam rumah. Suaranya cerah dan merdu.

“Saya Fathimah, putri Rasulullah.”

“Alhamdulillah, alangkah bahagia saya hari ini. Fathimah sudi berkunjung ke gubug saya,” terdengar kembali jawaban dari dalam, terdengar lebih gembira, dan makin mendekat ke pintu.

“Sendirian Fathimah?” tanya Mutiah.

“Aku ditemani Hasan.”

“Aduh, maaf ya,” suara itu seperti menyesal. “Saya belum mendapat izin untuk menemui tamu laki-laki.”

“Tapi Hasan masih kecil.”

“Meski kecil, Hasan laki-laki. Besok saja datang lagi, saya akan minta izin kepada suami saya.”

Sambil menggeleng-nggelengkan kepala, Fathimah akhirnya minta permisi.

Besoknya ia datang lagi. Kali ini Husain, adik Hasan, diajak juga. Bertiga dengan anak-anak yang masih kecil itu, Fathimah mendatangi rumah Mutiah.

Setelah memberi salam dan dijawab gembira, Mutiah bertanya dari dalam, “Jadi dengan Hasan? Suami saya sudah memberi izin.”

“Ya, dengan Hasan dan Husain.”

“Ha! Mengapa tidak bilang dari kemarin? Yang dapat izin cuma Hasan, Husain belum. Terpaksa saya tidak bisa menerima juga.”

Lagi-lagi Fathimah gagal bertemu.

Esok harinya barulah mereka disambut baik-baik oleh Mutiah. Keadaan rumah itu sangat sederhana. Tidak ada satu pun perabot mewah, namun semuanya teratur rapi.

Ada tempat tidur yang terbuat dari kayu kasar namun tampak bersih. Alasnya putih, agaknya baru dicuci. Bau di dalam sangat segar. Membuat orang betah tinggal berlama-lama.

Fathimah kagum melihat suasana yang sangat menyenangkan itu. Hasan dan Husain pun yang biasanya kurang begitu senang berada di rumah orang, kali ini tampak asyik bermain-main.

“Maaf, saya tidak bisa menemani Fathimah duduk, sebab saya sedang menyiapkan makan buat suami saya,“ kata Muthiah sambil sibuk di dapur.

Mendekati tengah hari, masakan itu sudah rampung. Mutiah menatanya di atas nampan. Juga, menaruh cambuk.

Fathimah bertanya, ”Suamimu kerja di mana?”

“Di ladang.”

“Penggembala?”

“Bukan. Bercocok tanam.”

“Tapi mengapa kau bawakan cambuk, untuk apa?”

“Oh, itu,” Mutiah tersenyum. “Cambuk itu saya sediakan untuk keperluan lain.”

Fathimah penasaran.

“Maksud saya begini. Kalau suami saya sedang makan, maka akan saya tanyakan apakah cocok atau tidak. Kalau dia bilang cocok, tak akan terjadi apa-apa. Tetapi kalau bilang tidak cocok, cambuk itu akan saya berikan kepadanya agar punggung saya dicambuk sebab tidak bisa menyenangkan hati suami.”

“Atas kehendak suamimukah kau bawa cambuk itu?”

“Oh, sama sekali tidak. Suami saya adalah orang yang lembut dan pengasih. Ini semua semata-mata kehendak saya agar jangan sampai saya menjadi istri yang durhaka kepada suami.”

Usai mendengar penjelasan ini, Fathimah minta permisi. Dalam hati ia berkata, pantas ia akan masuk surga buat pertama kali. Baktinya kepada suami begitu besar dan tulus.

Kesetiaan yang Bersejarah

Bukan berarti Fathimah tidak termasuk tipikal wanita yang setia terhadap suaminya. Kesetiaan dan ketaatan buah hati Rasulullah ini kepada suami tidak diragukan lagi. Kehidupan rumah tangganya serba kekurangan, nemun kesetiaannya yang didasari keimanan dan perjuangan syiar Islam tidak luntur walau sedebu. Darah kesetiaan nampaknya mengalir deras dari ibundanya, Khadijah RA, Muslimah pertama yang mempelopori kecintaan dan kesetiaan kepada suami.

Mari kita kenang kembali peristiwa yang sungguh mendebarkan jantung Rasulullah Shalallaahu 'Alaihi Wasallam (صلى الله عليه و سلم). Peristiwa itu ialah penerimaan wahyu yang pertama di Gua Hira.

Sekembalinya ke rumah, Nabi berkata kepada istrinya yang tercinta, “Aku merasa khawatir terhadap diriku.”

Saat itu Khadijah dengan segala kelembutannya berkata, “Wahai Kakanda, demi Allah, Tuhan tidak akan mengecewakanmu karena sesungguhnya Kakanda adalah orang yang selalu memupuk dan menjaga kekeluargaan, serta sanggup memikul tanggung jawab.

Kakanda dikenali sebagai penolong kaum yang sengsara, sebagai tuan rumah yang menyenangkan tamu, ringan tangan dalam memberi pertolongan, senantiasa berbicara benar dan setia kepada amanah,” tuturnya.

Apakah ada wanita lain yang dapat menyambut sedemikian baik peristiwa bersejarah yang berlaku di Gua Hira seperti yang dilakukan oleh Khadijah? Betapa besarnya kepercayaan (kesetiaan) dan kasih sayang seorang istri kepada suami yang dilandasi iman yang teguh. Sedikit pun Khadijah tidak berasa ragu-ragu di dalam hatinya.

Jika ada wanita yang berkurang kadar kesetiaannya karena alasan penghasilan dan kekayaan, maka Khadijah merupakan wanita kaya dan terkenal. Beliau wanita yang hidup mewah dengan hartanya sendiri. Namun semua itu dengan rela dikorbankannya untuk memudahkan tugas-tugas suaminya. Baginya, apa yang dimiliki tidak lebih mulia daripada mendukung misi suci yang diemban suaminya. Sikap inilah yang menjadi sumber kekuatan rumah tangga Rasulullah sepanjang kehidupan mereka bersama.

Khadijah begitu setia menyertai Nabi dalam setiap peristiwa suka dan duka. Setiap kali suaminya ke Gua Hira, beliau pasti menyiapkan segenap perbekalan dan keperluan. Seandainya Rasulullah agak lama tidak pulang, Khadijah akan mengunjungi untuk memastikan keselamatan suaminya tercinta.

Ketika Rasulullah khusyu’ bermunajat, Khadijah tinggal di rumah dengan sabar sehingga suaminya pulang. Apabila Nabi mengadu kesusahan serta berada dalam keadaan gelisah, istri teladan ini mencoba sedapat mungkin menenteramkan dan menghiburnya sehingga suaminya benar-benar merasakan ketenangan.

Setiap ancaman dan penganiayaan dihadapi bersama. Malah dalam banyak kegiatan peribadatan Rasulullah, Khadijah pasti bersama dan membantu, misalnya menyediakan air untuk mengambil wudhu.

Kecintaan dan kesetiaan itu bukan sekadar kepada suami, namun jelas berlandaskan keyakinan yang kuat tentang keesaan Allah. Segala pengorbanan untuk suaminya adalah ikhlas untuk mencari keridhaan Allah.

Allah Maha Adil dalam memberi rahmat-Nya. Setiap amalan yang dilaksanakan makhluk-Nya dengan penuh keikhlasan, pasti mendapat ganjaran yang berkekalan.

مَنْ عَمِلَ صَالِحاً مِّن ذَكَرٍ أَوْ أُنثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُم بِأَحْسَنِ مَا كَانُواْ يَعْمَلُونَ

Allah berfirman, “Barangsiapa yang mengerjakan amal shalih, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami berikan balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (An-Nahl: 97).

Janji Allah itu pasti benar. Wujud kesetiaan yang telah ditunjukkan oleh Mutiah, Fathimah, dan juga Khadijah bukan sekadar menghasilkan kekuatan yang mendorong kegigihan dan perjuangan suaminya, namun juga membawa barakah yang besar kepada rumah tangga mereka. Anak-anak yang lahir dari wanita-anita seperti ini adalah anak-anak yang shalih yang mendorong para orangtua menuju surga.

Kalaulah di zaman sekarang ini ada anggapan bahwa kesetiaan di atas merupakan lambang perbudakan pria kepada wanita, jelas itu tidak benar. Justru sebaliknya, itu merupakan cermin cinta, ketulusan, dan pengorbanan kaum wanita yang harus dihargai dengan perilaku yang sama dalam rangka mencari ridha-Nya.

Merintis Jembatan Kebahagiaan Dunia dan Akhirat

Buku "Merintis Jembatan Kebahagiaan Dunia dan Akhirat" yang ditulis oleh bapak Soewarno Hasan Basri, Seorang Staff pengajar di fakultas Kehutanan UGM, menyajikan suatu pemahaman bagi setiap orang yang beriman kepada Allah Ta'ala dan hari akhir. Pelajaran yang sangat baik untuk direnungkan ialah bahwa manusia tidak mempunyai sedikitpun untuk membedakan dirinya atau golongannya satu di atas yang lain; apalagi melebihkan diri karena derajat kehormatan, kekuasaan, keturunan dan harta. Hanya golongan manusia bermuka setanlah yang melakukan perbuatan seperti itu. Pada Bagian 1 diuraikan tentang Jiwa Yang Tenang. Sebagian orang sering mengalami kegelisahan yang berakhir dengan keputus-asaan. Agama Islam mengajarkan bahwa Allah Ta'ala yang disembah oleh semua makhluk di bumi maupun di langit sangat bijaksana dan mengasihi ciptaanNya yang senantiasa taat pada perintahNya dan meninggalkan laranganNya. Bab 2, Sesal Dahulu Pendapatan, menguraikan tentang peringatan Allah Ta'ala, bahwa "Dan hanya kepunyaan Allahlah kerajaan langit dan bumi. Dan pada hari terjadinya kebangkitan (kiamat), akan rugilah pada hari itu orang-orang yang mengerjakan kebathilan (QS Al Jatsiyah, ayat 27). Kemudian Rasulullah SAW mengajarkan bahwa "Kuburan adalah awal kehidupan akhirat. Jika seseorang selamat dari padanya, maka setelahnya menjadi lebih mudah. Dan jika tidak selamat dari padanya, maka setelahnya lebih mengerikan (Al Hadits). Salah satu kiatnya menjaga kebathilan dan melaksanakan amal shaleh menjadi bagian dari kebiasaan baik. Bab 3, Menggapai Iman dan Taqwa yang menjelaskan bahwa kesulitan utama manusia dalam mengatasi kehidupan dunia ini adalah nafsu atau dorongan untuk berbuat munkar. Suatu perbuatan yang timbul dikarenakan kekosongan jiwa yang melanda hatinya. Hati adalah pusat dan landasan dasar seorang mukmin. Jadi hati harus selalu dalam keadaan khusyuk. Bab 4, Al Qur'an Cahaya Kegelapan menguraikan tentang firman Allah Ta'ala (QS At Thoha, ayat 50) bahwa: "Musa menjawab: Tuhan kami ialah Allah yang telah memberikan kepada tiap-tiap sesuatu bentuk kejadiannya, kemudian memberinya petunjuk". Kemudian Allah berfirman:"Dan Kami tidak akan mengazab sebelum Kami mengutus seorang Rasul". Rasulullah SAW bersabda:"Barangsiapa membaca Al Qur'an lalu mengamatinya dan mengamalkan yang halal dan mengharamkan yang haram, Allah akan memasukkan ke dalam surga dan Allah menolongnya sampai kepada 10 orang keluarganya yang wajib masuk neraka. Bab 5, Hidup Bermasyarakat, menjelaskan kedudukan pribadi yang hidup bermasyarakat perlu memiliki kesadaran bahwa setiap perbuatan, perilaku dan amal kebajikan yang dilaksanakan dapatlah kiranya menjadi contoh yang baik bagi orang lain. Hidup di dunia ini ternyata tidak sendirian, tidak semua orang dalam kondisi yang sama, maka manusia diajarkan untuk saling tolong menolong terutama dalam hal kebaikan. Bab 6, Hidup Bertetangga, bagian ini menyajikan keterangan bahwa hak dan kewajiban dalam hidup bertetangga pada dasarnya merupakan etiket hubungan sesama dalam banyak hal kehidupan, baik bersifat pribadi maupun secara gotong royong yang dilakukan oleh orang banyak. Rasulullah SAW bersabda:"Dua orang yang tidak dilihat Allah di hari kiamat, ialah orang yang memutuskan persaudaraan dan orang yang jahat dengan tetangganya" (Al Hadits). Bab 7, Hidup Berkeluarga, dalam hal ini Rasulullah SAW bersabda:"Barangsiapa kawin (beristri) maka dia telah melindungi (menguasai) separuh agamanya, karena itu hendaklah dia bertaqwa kepada Allah dalam memelihara yang separuhnya lagi" (Al Hadits). Kemudian Allah Ta'ala mengingatkan dengan firmanNya: "Hak istri yang patut diterima dari suaminya, seimbang dengan kewajibannya terhadap suaminya denga baik". Bab 8, Pribadi Mukmin Yang Baik, mengisyaratkan bahwa tubuh atau raga atau badan kita adalah bagaikan sebuah kendaraan yang sedang mengangkut roh kita masing-masing.
Apabila badan kita rusak karena kesalahan manajemen yang kita lakukan, maka roh kita akan menderita. Al Ghazali menyatakan bahwa janganlah menjadi manusia yang bodoh yaitu orang yang tidak waras akalnya. Bagaimana mungkin seseorang mengharap rahmat Allah Ta'ala sedangkan dia tidak beriman, walaupun beriman tetapi tidak beramal shaleh, atau sudah beramal shaleh tetapi tidak meninggalkan perbuatan maksiat. Puncak dari segala amal perbuatan yang baik ialah keteladanan Rasulullah SAW, dengan kesaksian Allah (QS Al Ahzab, ayat 21). Agama Islam mengajarkan: "Kebahagiaan yang paling bahagia ialah panjang umur dalam ketaatan kepada Allah Ta'ala". Kemudian: "Barangsiapa mengucapkan Laa illaaha illal-laah dengan ikhlas, masuk surga". Para sahabat bertanya "Apa keikhlasannya?".Nabi Muhammad SAW menjawab:"Memagari dari segala yang diharamkan Allah". Bab 9, Meraih Kebahagiaan Dunia, menguraikan bahwa kebahagiaan hidup di dunia dapat diraih apabila manusia menyadari bahwa dirinya tergantung pada orang lain. Agama Islam mengajarkan untuk saling tolong menolong dengan saling meminta dan supaya menyambung tali silaturahim. Imam Al Ghazali mengajarkan kepada para penuntut ilmu, bahwa pada diri manusia ada kesungguhan dan rasa haus kepada ilmu. Aturlah niat, jangan sampai dalam menuntut ilmu bertujuan akan menonjolkan keangkuhan di sisi teman, memikat perhatian orang lain kepada dirinya dan mengumpulkan kekayaan duniawi; sebab yang demikian itu berarti meruntuhkan agama, menjatuhkan harga diri dan menjual pahala akhirat yang abadi dengan kehidupan dunia yang fana. Jika tujuannya seperti itu, niscaya usahanya akan pailit dan engkau akan merugi. Rasulullah SAW bersabda:"Barangsiapa merintis jalan mencari ilmu maka Allah akan memudahkan baginya jalan ke surga" (Al Hadits). Bab 10, Meraih Kebahagiaan Akhirat, menguraikan tentang peringatan bagi seorang muslim yang mukmin senantiasa harus mengingat Sabda Rasulullah SAW, bahwa "Ada tiga macam sifat yang dapat membawa kehancuran, yaitu memperbesar kebakhilan, menuruti hawa nafsu dan membanggakan diri atau menyombongkan diri" (Al Hadits). Kemudian Al Ghazali menjelaskan bahwa sifat-sifat tercela di dalam hati manusia banyak macam ragamnya. Pada umumnya manusia merasa tidak berdaya untuk merubah keadaan hatinya. Namun, agama Islam adalah agama yang menyelamatkan umat pengikutnya. Rasulullah mengajarkan dengan sabdanya:"Andaikan seorang anak Adam telah memiliki harta benda sebanyak satu lembah, pasti ia akan berusaha lagi memiliki dua lembah. Dan andaikata telah memiliki dua lembah, pasti akan berusaha memiliki tiga lembah. memang tidak ada sesuatu yang dapat memenuhi keinginan anak Adam melainkan tanah (tempat kubur yakni mati). Dan Allah akan memberi atau menerima taubat bagi mereka yang bertaubat" (Al Hadits). Semoga resume dari buku tulisan beliau bpk Soewarno Hasan Basri dapat selalu mengingatkan dan menyadarkan diri kita semua, Semoga bermanfaat.... Amin...

Selasa, 13 Maret 2012

Sesungguhnya Hidup seseorang hanya untuk Ibadah

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ﴿٥٦﴾

“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” (QS. Adz Dzariyaat: 56)

Saudaraku,

Hadirnya kita di dunia ini adalah untuk menyembah Allah SWT. Betapa lemahnya kita sebagai seorang hamba. Jantung, paru-paru, hati, peredaran darah, usus, lambung dan segala organ dalam tubuh kita sendiri kita tak punya kuasa untuk mengaturnya. Semuanya bekerja berdasarkan perintah dari yang menciptakannya. Betapa bergantungnya kita kepada Allah SWT, dan sepantasnyalah kita tiada pernah sombong walau sedetikpun. Umur kita sampai saat ini juga merupakan kemurahan pemberian Allah SWT

Saudaraku,

Kenapa belum juga tergerak hati kita untuk kembali kepada Allah SWT. Memantapkan azzam kita menjadi hamba pengabdi, yang selalu memberikan amal terbaik kepada Sang Pencipta. Semua energy yang kita miliki, hendaknya dipergunakan sebanyak-banyaknya untuk kemaslahatan perjalanan kita menuju ridha-Nya. Ketahuilah, perjalanan kita tak selamanya mulus. Selalu ada riak-riak yang menyebabkan perjalanan tersendat. Maka siapkan bekal sebanyak-banyaknya untuk hilangkan kepenatan dan kelelahan. Seorang hamba tiada pernah beristirahat mempersiapkan bekalnya, sebelum perjalanan yang panjang harus berakhir. Sungguh merugi mereka yang mengisi hari tanpa beramal. Melewati hari tanpa ibadah. Bukankah perjalanan kita pasti akan berakhir? Maka bagaimana mungkin dalam perjalanan selanjutnya kita tak mempersiapkan bekal?

Ingat sahabat, kita bukan hewan dan tumbuhan, yang kehadirannya hanya di dunia ini saja. Maka wajar kalau kerjaan mereka hanya makan, tidur dan berkembangbiak. Mereka tidak mempertanggungjawabkan apa yang mereka lakukan di dunia ini. Sementara kita diberikan akal pikiran untuk mencapai kesempurnaan pengabdian. Betapa banyak kita temui mereka yang menjalani aktivitas kehidupan tak ubahnya aktivitas yang dilakukan binatang. Makan, minum, berkembangbiak. Roda kehidupannya senantiasa berputar di kisaran aktivitas itu. Tanpa aktivitas lain. Tanpa ibadah, tanpa amal, tanpa baca Qur’an, tanpa shalat, tanpa amal sosial dan tanpa aktivitas mengabdikan diri pada Tuhannya.

Sungguh menyedihkan, hidup yang singkat ini diisi dengan tidur-tiduran. Diisi dengan aktivitas keduniaan tanpa menyisakan sedikit pun aktivitas menjemput pundi amal untuk dibawa ke negeri akhirat. Bukankah akhirat itu kekal, tiada berakhir? Surga terlalu sayang dilewatkan dengan mengisi hidup tanpa amal. Maka selagi nafas masih di kerongkongan, mari beramal dengan penuh kesungguhan. Ada begitu banyak peluang amal yang Allah sediakan setiap harinya, yang sayang sekali untuk dilewatkan. Jangan jadi orang yang miskin di akhirat nanti karena ketiadaan bekal amal yang dibawa. Jangan sampai kita jadi orang yang menderita di dunia dan terlempar ke neraka.

Jadilah pribadi bahagia di dunia, sentosa di surga. Lenyapkan segera riak-riak kemalasan. Lempar jauh-jauh kelalaian. Mari genggam surga dengan cinta pada sang Pencipta. Rengkuh keridhaanNya dengan amal terbaik yang mampu kita persembahkan. Setiap perputaran waktu adalah masa dimana memutarkan amal-amal terbaik yang sanggup kita kerjakan. Sudah saatnya kita kembali ke jalur penciptaan yang sesungguhnya. Cukuplah dosa yang kita lakukan di masa lalu, sebagai kenangan kekonyolan kita sebagai seorang hamba. Kita perbaiki dan tutupi lubang-lubang aibnya dengan amal terbaik kita. Mari bersama buat sejarah kehidupan yang dipenuhi dengan amal unggulan. Sejarah kehidupan yang dipenuhi dengan amal kebaikan kepada siapa pun. Setiap kita pasti ditanya tentang apa yang kita dilakukan di dunia. Maka selagi ada waktu dan nafas masih di tenggorokan tak ada waktu terlambat untuk kembali berlayar, mengudara, menempuh perjalanan untuk menjemput pundi-pundi pahala yang Allah sediakan. Setiap kita istimewa, maka jadilah pribadi istimewa di hadapan manusia, terlebih di hadapan sang Pencipta.