Blog lainnya

Translate

Jumat, 09 November 2012

Renungan utk kita para suami

Pernah suatu hari Rasulullah SAW pulang dari perjalanan jihad fisabilillah. Beliau pulang diiringi para sahabat. Di depan pintu gerbang kota Madinah nampak Aisyah r.a sudah menunggu dengan penuh kangen. Rasa rindu kepada Rasulullah SAW sudah sangat terasa. Akhirnya Rasulullah SAW tiba juga ditengah kota Madinah. Aisyah r.a dengan sukacita menyambut kedatangan suami te rcinta. Tiba Rasulullah SAW dirumah dan beristirahat melepas lelah. Aisyah dibelakang rumah sibuk membuat minuman untuk Sang suami. Lalu minuman itupun disuguhkan kepada Rasulullah SAW. Beliau meminumnya perlahan hingga hampir menghabiskan minuman tersebut tiba tiba Aisyah berkata “ Yaa Rasulullah biasanya engkau memberikan sebagian minuman kepadaku tapi kenapa pada hari ini tidak kau berikan gelas itu?”. Rasulullah SAW diam dan hendak melanjutkan meminum habis air digelas itu. Dan Aisyah bertanya lagi, Yaa Rasulullah biasanya engkau memberikan sebagian minuman kepadaku tapi kenapa pada hari ini tidak kau berikan gelas itu?”Akhirnya Rasulullah SAW memberikan sebagian air yang tersisa di gelas itu Aisyah r.a meminum air itu dan ia langsung kaget terus memuntahkan air itu.Ternyata air itu terasa asin bukan manis. Aisyah baru tersadar bahwa minuman yang ia buat dicampur dengan garam bukan gula. Kemudian Aisyah r.a langsung meminta maaf kepada Rasulullah. Itulah sebagian dari banyaknya kemuliaan akhlak Rasulullah SAW. Dia memaklumi kesalahan yang dilakukan oleh istrinya, tidak memarahinya atau menasihatinya dengan kasar. Rasulullah SAW memberi kita teladan bahwasanya akhlak yang mulia bisa kita mulai dari lingkungan terdekat dengan kita. Sebuah hadits menyebutkan, “ Lelaki yang paling baik diantara kalian adalah yang paling baik akhlaknya kepada istrinya”. Semoga kita diberi taufik untuk bisa meneladani akhlak Rasulullah SAW..... سُبْحَانَ اللَّهِ......

Semua hanya Titipan dari ALLAH SWT

Semua yang kita miliki dalam hidup ini pada hakekatnya merupakan titipan Sang Khalik, Zat yang maha memiliki dan maha berkuasa atas seluruh alam semesta ini. Sebagai manusia kita hanya diberi Sang Pemilik hak pakai sementara. Waktu dan masa pakainya tidak ada yang tahu pasti, tergantung Sang Pemilik kapan Dia akan mengambil lagi semua yang pernah ditit ipkan pada kita. Ada yang cepat, ada yang lambat bahkan ada yang sangat lama sekali sehingga sangkin lamanya kita seringkali lupa bahwa semua kepunyaan kita itu hanya merupakan titipanNya. Hanya saja Sang Pemilik berbaik hati dengan memberikan waktu yang lebih lama sebelum mengambilnya lagi. Istri, suami, anak-anak, harta benda, jabatan kesemuanya itu merupakan titipan Sang Pemilik. Dalam setiap titipan-titipan-Nya tersebut ada ujian, sejauhmana kita kita bisa amanah terhadap apa yang telah dititipkan-Nya. Seorang istri adalah sebuah amanah bagi suami agar dapat membimbingnya dan bersabar atasnya, pengalihan tanggungjawab dari orangtuanya kepada suami saat menikah yang dipersaksikan oleh Allah swt. Demikian juga halnya dengan anak-anak, yang merupakan amanah dari Allah swt. kepada orangtua untuk mengasuhnya, membimbingnya, memastikannya agar tetap bisa berada dijalan-Nya. Bagian yang tersulit adalah apakah kita bisa ikhlas saat Sang Pemilik mengambil kembali segala sesuatu yang pernah dititipkan-Nya. Sulit sekali menghadirkan perasaan rela apalagi ikhlas saat Sang Empunya meminta titipan-Nya. Waktu membuat kita sering lupa bahwa semuanya itu hanya sekedar titipan-Nya dan pada waktunya juga akan diambil kembali. Cara Sang Pemilik mengambil titipan-Nya juga unik, berbeda-beda dan tentu saja sesuai dengan keinginan Sang Pemilik. Ada yang diambil satu persatu, bisa dalam rentang waktu yang dekat atau rada lama. Ada yang diambil secara besamaan untuk dua hal atau bahkan lebih sekaligus. Ada yang diambil secara tiba-tiba, tetapi seringkali Sang Pemilik sudah memberikan sinyal-sinyal akan mengambil titipan-Nya, tetapi terkadang firasat yang kurang tajam dan batin yang kurang peka sehingga kita tidak mampu membaca tanda-tanda yang telah diisyaratkan-Nya. Tak perlu sedih saat Sang Empunya mengambil kembali titipan-Nya, hadirkan ikhlas dihati dan ucapkan ” Inna lillaahi wainnaa ilaihi raaji’uun “ (Sesungguhnya kami ini adalah milik Allah dan sungguh kami akan kembali kepada-Nya). Maka tiada sedikitpun Hak Kita utk menyombongkan diri apalagi Bermegah Hati, Karena sesungguhnya kita juga dititipkan kedunia ini hanya untuk sementara saja oleh Sang Khalik menuju kehidupan yang lebih abadi. Mari bergegas menyiapkan bekal. Semoga dapat menjadikan Renungan kita dan bermanfaat bagi kita semua..... ♡☀Å♏iέN☀♡

LABU KEMBAR

Alkisah di China, terdapat 2 orang kakak beradik yg berbeda ibu. Sang kakak menanam pohon labu & dgn rajin memeliharanya hingga tumbuh besar. Suatu hari mereka mendengar kabar bahwa raja sedang sakit parah, tabib istana mengatakan bahwa labu kembar dpt menyembuhkan penyakit raja. Maka di adakan sayembara, barangsiapa yg memiliki labu kembar akan mendapat satu peti emas. Sang kakak segera memberitahu pd keluarganya. Pada hari keberangkatan sang kakak ke ibukota, ibu memanggil si adik ke dlm dapur, "Ada 2 ptg kue, yg polos & bergambar bunga. Berilah kakakmu kue yg bergambar bunga, sbab ibu tlah memberi racun di dalamnya." "Kenapa ibu ingin membunuh kakak? Bukankah ibu juga menyayangi kakak?" "Ibu memang menyayanginya, tapi kamu adalah anakku & ibu tdk rela bila kakakmu mendapatkan emas itu, maka biarlah dia memakan kue beracun ini." Kemudian si adik membawa kue itu ke kakaknya, "Adikku, tunggu kakak ya, kakak janji akan segera pulang & membeli banyak oleh² untuk mu dari kota & uang emas hadiahnya u/ kita bersama !!" Sang adik terdiam, kemudian berkata pd kakaknya, "Kakak, ibu memberi kita berdua kue, makanlah tapi aku ingin kue yg bergambar bunga." Setelah itu si adik dgn lahap memakan kue beracun itu. Setelah kepergian kakaknya, dia berkata pd ibunya, "Ibu, kue beracun itu tlah kumakan, kakak sangat baik kepadaku, mana mungkin aku tega membunuhnya. Setelah aku mati, sayangilah dia seperti ibu menyayangiku..." Ibunya yg mendengarnya kemudian memeluknya, "Anak bodoh, tdk ada racun sama sekali di kue bergambar bunga itu. Ibu hanya menguji rasa sayangmu pd kakakmu, ibu kuatir kamu mjd iri dgn kemujuran kakakmu..." Pesan Moral, "Sebab di mana ada iri hati dan mementingkan diri sendiri di situ ada kekacauan dan segala macam perbuatan jahat."

Mencintai karena ALLAH SWT

Seorang isteri menangis ketika memandikan jenazah suaminya .. sambil menangis isteri berkata, " Inilah janji kami sebagai suami isteri .. Jika abang pergi lebih dulu maka engkaulah yang memandikan jenazah abang, Andai engkau yang pergi dulu dari abang, abang yang akan memandikan jenazahmu ..." Dari luar bilik mayat hospital, seorang ustadz masuk dan bertanya apakah istr inya mau memandikan jenazah suaminya .. ustadz tadi bersama beberapa orang menemani si isteri memandikan jenazah suaminya .. Dengan tenang isteri membasuh muka suaminya sambil berdoa, " Inilah wajah suami yang ku sayang tetapi Allah lebih sayang padamu ... Wahai suamiku .. Semoga Allah ampunkan dosamu dan satukan kita di akhirat nanti .." Saat membasuh tangan jenazah suaminya sambil berkata .. "Tangan inilah yang mencari rezeki yang halal untuk kami, masuk ke mulut kami ... semoga Allah beri pahala untukmu wahai suami ku .." Saat membasuh tubuh jenazah suaminya, iapun berkata... " Tubuh inilah yang memberi pelukan kasih sayang padaku dan anak-anakku .., semoga Allah beri pahala berganda untukmu wahai suamiku ..." Kemudian saat membasuh kaki jenazah suaminya, kembali ia berkata.. " Dengan kaki ini abang keluar mencari rezeki untuk kami, berjalan dan berdiri sepanjang hari semata-mata untuk mencari sesuap nasi, terima kasih suamiku ... semoga Allah memberimu kenikmatan hidup di akhirat dan pahala yang berlipat kali ganda .." Selesai memandikan jenazah suaminya, si isteri mengecup sayu suaminya dan berkata .. "Terima kasih suamiku .. karena aku bahagia sepanjang menjadi isterimu dan terlalu bahagia .. dan terima kasih karena meninggalkan aku bersama permata hatimu yang persis dirimu .. dan aku sebagai seorang istri ridha akan kepergianmu karena kasih sayang Allah kepadamu ..." Subhanallah .. Indahnya saling mencintai karena Allah.

Siput dan Katak

Ada seekor siput selalu memandang sinis terhadap katak. Suatu hari, katak yg kehilangan kesabaran akhirnya berkata kepada siput: "Tuan siput, apakah saya telah melakukan kesalahan, sehingga Anda begitu membenci saya?" Siput menjawab: "Kalian kaum katak mempunyai empat kaki & bisa melompat ke sana ke mari, Tapi saya mesti membawa cangkang yg berat ini, merangkak di tanah, jadi saya merasa sangat sedih." Katak menjawab: "Setiap kehidupan memiliki penderitaannya masing², hanya saja kamu cuma melihat kegembiraan saya, tetapi kamu tidak melihat penderitaan kami (katak)." Dan seketika, ada seekor elang besar yg terbang ke arah mereka, siput dg cepat memasukan badannya ke dalam cangkang, sedangkan katak dimangsa oleh elang... Akhirnya siput baru sadar... ternyata cangkang yg di milikinya bukan merupakan suatu beban... tetapi adalah kelebihannya... Pesan: Nikmatilah kehidupanmu, tidak perlu dibandingkan dg orang lain. Keirian hati kita terhadap orang lain akan membawa lebih banyak penderitaan... Lebih baik pikirkanlah apa yg kita miliki, hal tersebut akan membawakan lebih banyak rasa syukur & kebahagiaan bagi kita sendiri... BERKAT tidak selalu berupa emas, intan permata atau uang yg banyak bukan pula saat kita tinggal dirumah mewah & pergi bermobil. *Namun BERKAT adalah saat kita kuat dalam keadaan putus asa dan tetap BERSYUKUR saat tak punya apa²... *Bisa tetap TERSENYUM saat diremehkan..... "May اَللّهُ SWT always Bless you"

Senin, 30 Juli 2012

5 pesan tanah untuk manusia.

1. Silakan kalian manusia berjalan di punggungku, tapi ingat nanti kalian pasti akan masuk ke perutku. 2. Silakan kalian makan apapun yang kalian suka, tapi ingat nanti kalian akan dimakan oleh belatung di dalam perutku. 3. Silakan kalian tertawa di punggungku, tapi ingat nanti kalian akan menangis di dalam perutku. 4. Silakan kalian berbahagia di punggungku, tapi ingat nanti kalian akan sedih ketika didalam perutku. 5. Silakan kalian berbuat dosa sesuka kalian di punggungku, tapi ingat nanti kalian akan disiksa ketika di dalam perutku. Pesan ini mengingatkan kita bahwa kekayaan, jabatan, dan apapun yang kita miliki tidak akan berguna di dalam kubur, oleh sebab itu jangan menyombongkan yang kita miliki,, karena kita semua akan mati .., perbanyak amal, dan sedekah karena itulah yang kita bawa sampai ke dalam kubur.. Amin……

Renungan Bagi Para Suami

Renungkanlah : 1. Hargai istrimu sebagaimana engkau menghargai ibumu, sebab istrimu juga seorang ibu dari anak2mu. 2. Jika marah boleh tidak berbicara dengan istrimu, tapi jgn bertengkar dengannya (membentaknya, mengatainya, memukulnya) 3. Jantung rumah adalah seorang istri. Jika hati istri mu tidak bahagia maka seisi rumah akan tampak seperti neraka (tidak ada canda tawa, manja, perhatian). Maka sayangi istrimu agar dia bahagia & kau akan merasa seperti di surga. 4. Besar atau kecil gajimu, seorang istri tetap ingin diperhatikan. Dengan begitu maka istrimu akan selalu menyambutmu pulang dengan kasih sayang. 5. Dua orang yang tinggal 1 atap (menikah) tidak perlu gengsi, bertingkah, siapa menang siapa kalah. Karena keduanya bukan untuk bertanding melainkan teman hidup selamanya. 6. Di luar banyak wanita idaman melebihi istrimu. Namun mereka mencintaimu atas dasar apa yg kamu punya sekarang, bukan apa adanya dirimu. Saat kamu menemukan masa sulit, maka wanita tersebut akan meninggalkanmu dan punya pria idaman lain dibelakangmu. 7. Banyak istri yang baik. Tapi diluar sana banyak pria yang ingin mempunyai istri yg baik dan mereka tdk mendapatkannya. Mereka akan menawarkan perlindungan terhadap istrimu. Maka jangan biarkan istrimu meninggalkan rumah karena kesedihan, Sebab ia akan sulit sekali untuk kembali.. 8. Ajarkan anak laki2mu bagaimana berlaku thd ibunya, sehingga kelak mereka tahu bagaimana memperlakukan istrinya Adab dan Ahlaq adalah tiang surga dalam rumah tangga,Semoga bermanfaat.....

Senin, 09 Juli 2012

10 Penghalang Keterkabulan Do’a

Seorang lelaki pernah mengadu kepada syekh Ibrahim bin Adham, “Mengapa kami sering berdo’a namun do’a-do’a kami tak kunjung terkabul.” Syekh yang zuhud itu menjawab, “Karena kalian telah mengenal Allah SWT sebagai Tuhan kalian, tapi kalian tidak mentaati aturan-Nya. Kalian telah memahami bahwa Rasul adalah (panutan hidup), tapi kalian enggan mengikuti jalan hidupnya. Kalian tahu bahwa al Qur’an adalah pedoman hidup, tapi kalian tidak mengamalkan petunjuknya. Kalian telah mengecap berbagai nikmat pemberian Allah SWT, tapi kalian jauh dari nilai kesyukuran. Kalian merindukan surga, tapi kalian tak mau mengejarnya. Kalian takut kepada neraka, tapi kalian tiada lari darinya. Kalian tahu bahwa setan itu adalah musuh, tapi kalian tidak mau memeranginya dan bahkan kalian mengikuti ajakannya. Kalian yakin bahwa kematian itu pasti (kedatangannya), tapi kalian tidak menyiapkan diri untuk menyambutnya. Kalian telah banyak memakamkan jenazah, tapi kalian tidak mau mengambil pelajaran darinya. Dan kalian mengabaikan aib diri sendiri, namun kalian sibuk mengumpulkan aib orang lain.” Wallahu a’lam bishawab..mudah-mudahan kita bisa mengambil manfaat dari nasehat ulama yang zuhud ini. Amien. Sumber:Status Ustadz Abu Ja’far

Selasa, 29 Mei 2012

Menggapai Kebahagiaan dengan Ilmu

Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan takdir dan hikmah-Nya telah menciptakan dunia dan seisinya ini sebagai tempat persinggahan sementara bagi manusia. Agar mereka mampir sebentar, untuk mengambil perbekalan ilmu dan amal menuju kebahagiaan akhirat yang kekal abadi. Oleh karena itu tidaklah Allah menyediakan bumi beserta fasilitas yang lengkap ini, melainkan sebagai sarana penunjang ibadah. Begitu pula Allah menciptakan manusia sebagai khalifah dengan tujuan untuk memakmurkan bumi ini dengan peribadatan hanya kepadaNya semata. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman : “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat : “ Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang kholifah di muka bumi”. Mereka berkata :“Mengapa Engkau hendak menjadikan kholifah di muka bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan engkau? Tuhan berfirman : “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang kamu tidak ketahui.” (Al Baqarah : 30-32). Peristiwa diciptakannya manusia merupakan peristiwa besar dan memuat hikmah yang sangat agung. Di dalam ayat tersebut terkandung padanya beberapa faedah ilmu : Pertama, Bahwasanya Allah Ta’ala menolak pernyataan para malaikat : “Bagaimana Dia (Allah) menjadikan manusia di muka bumi, padahal kami lebih taat dibandingkan mereka? Maka Allah menjawab : “Sesungguhnya Aku lebih mengetahui apa-apa yang kalian tidak ketahui.” Allah menjawab pertanyaan mereka bahwasanya Dia lebih mengetahui inti permasalahan dan hakekat (diciptakannya manusia). Dan Dia maha Mengetahui lagi maha Bijaksana. Sesungguhnya jelas bagi Allah bahwa khalifah yang diciptakanNya adalah dari kalangan makhluk yang baik, para rasul, para nabi, hamba-hamba-Nya yang sholeh, orang-orang yang mati syahid, orang-orang yang jujur, ulama serta generasi orang yang memiliki ilmu dan iman yang lebih baik dari para malaikat. Begitu pula jelas bagi Allah bahwa iblis adalah makhluk yang paling jelek di alam ini. Sehingga Allah mengusirnya dari syurga. Sedangkan para malaikat tidak memiliki pengetahuan tentang perkara tersebut (yaitu tentang penciptaan dan menetapnya nabi Adam di muka bumi dengan keputusan Allah Subhanahu wa Ta’ala). Kedua, sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala ingin menampakkan keutamaan Adam akan ilmu dan membedakan dengan mereka (para malaikat) dengan ilmu, maka Allah mengajarkannya seluruh nama-nama. Allah bertanya kepada para malaikat :“Kabarkan kepadaku nama-nama mereka jika kalian memang benar” (Al Baqarah : 31). Disebutkan dalam tafsir Ibnu Katsir, bahwa mereka (para malaikat) mengatakan : “Tidaklah Allah menciptakan seorang makhluk pun yang lebih mulia daripada kami. Mereka menyangka bahwasanya mereka lebih baik dan utama dibandingkan kholifah yang Allah jadikan di muka bumi. Tatkala Allah menguji mereka dengan ilmu yang diajarkan terhadap kholifah ini, maka mereka mengakui kelemahan terhadap apa-apa yang mereka tidak ketahui, mereka mengatakan : “Maha Suci Engkau, tidak ada pengetahuan bagi kami kecuali apa yang Engkau ajarkan kepada kami. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana”. (Al Baqarah : 32). Maka ketika itu nampaklah dihadapan mereka keutamaan nabi Adam dengan kekhususan berupa ilmu. Ketiga, bahwasanya Allah Subhanahu wa Ta’ala tatkala memberitahukan kepada para malaikat tentang keutamaan nabi Adam berupa ilmu, dan lemahnya mereka untuk mengetahui apa yang diajarkan-Nya, maka Allah berfirman kepada mereka :“Bukankah Aku telah mengatakan kepada kalian sesungguhnya Aku Maha Mengetahui rahasia langit dan bumi dan Aku mengetahui yang kalian tampakkan dan yang kalian sembunyikan”.(Al Baqarah : 33). Kemudian Allah mengajarkan mereka tentang ilmu. Ilmu Allah meliputi segala yang nampak maupun yang tersembunyi, serta rahasia di langit dan di bumi. Allah mengenalkan kepada mereka tentang sifat ilmu dan keutamaan nabi-Nya. Keempat, Bahwasanya Allah menganugerahkan pada diri Adam berupa sifat-sifat sempurna yang lebih utama dari makhluk selainnya. Allah hendak menampakkan kepada para malaikat tentang keutamaan dan kemuliaan Adam. Sehingga jelaslah bagi malaikat tentang kelebihan nabi Adam dari segi ilmu. Hal ini menunjukkan bahwa ilmu sangat mulia di sisi manusia. (Al Ilmu Syarfuhu wa fadluhu 30-32) Sesungguhnya ilmu itu akan mengangkat derajat pemiliknya di dunia dan akherat. Bukan karena kekuasaan, harta, dan bukan pula selainnya. Dan ilmu juga itu menambah kemuliaan bahkan bisa mengangkat derajat seorang hamba sahaya menjadi mulia. Sebagaimana diriwayatkan di dalam Shohih Muslim (817) dari hadits Zuhri, dari Abi Tufail bahwasanya Nafi’ ibnu Abdil Harits mendatangi Umar ibnul Khoththob di ‘Usfan –yang mana Umar mengangkatnya (sebagai bupati) untuk penduduk Mekkah- Maka berkata umar : “Siapa yang engkau angkat menjadi bupati di negeri ini? dia (Nafi’) menjawab: “Aku telah mengangkat Ibnu Abza untuk mereka.” Lantas Umar berkata : “Siapa Ibnu Abza? Kemudian dijawab : “Dia adalah seorang budak.” Umar berkata : “(Kenapa) engkau mengangkat seorang budak? Dijawab : “Karena dia seorang yang ahli membaca Al Qur’an dan ‘alim dalam ilmu waris. Maka Umar berkata: Ketahuilah sesungguhnya Nabi kalian Shallallahu’alaihi wasallam telah bersabda :“Sesungguhnya Allah akan mengangkat dengan Kitab ini (Al Qur’an) sekelompok kaum dan merendahkan yang selainnya.” Berkata Al Hasan ibnu Ali kepada anaknya dan saudaranya : “Pelajarilah ilmu, karena bisa jadi (pada saat ini) kalian adalah kaum yang kecil, namun besok kalian akan menjadi pembesar kaum. Maka barang siapa yang tidak menghafal, hendaklah dia menulis.” (Al Madkhal ila As Sunan Al Kubro 632)). Berkata Urwah bin Az Zubair kepada anaknya : “Mari, belajarlah ilmu kepadaku. Karena sesungguhnya bisa jadi (suatu saat) kalian menjadi pemimpin suatu kaum. Dulu aku adalah seorang yang kecil dan tidak seorangpun yang memandangku. Tatkala aku beranjak dewasa (dengan memiliki ilmu) maka orang-orang mulai bertanya kepadaku. Dan tidak ada sesuatu yang paling berat bagi seseorang ketika ditanya tentang perkara agamanya melainkan dia dalam keadaan bodoh (tidak berilmu).” (Bayanul Ilmi wa Fadlihi oleh Al Imam Ibnu Abdil Bar). Diriwayatkan dari Lukman bahwa dia berkata kepada anaknya :“Wahai anakku, duduklah bersama para ulama, dan dekatilah mereka dengan kedua lututmu (bergaul dengan mereka). Sesungguhnya Allah akan menghidupkan hati dengan hikmah sebagaimana menghidupkan (menyuburkan) bumi yang kering dengan siraman hujan.” (Al Madkhal ila As Sunan Al Kubro (445)) Berkata Sufyan Ats Tsaury : “Barangsiapa yang menginginkan dunia dan akherat maka hendaklah dia menuntut ilmu.” An Nadhor bin Syumail berkata : “Barangsiapa yang menginginkan kemuliaan di dunia dan Akherat hendaklah dia pelajari ilmu. Cukuplah bagi seseorang sebuah kebahagiaan, tatkala dipercaya tentang perkara agama Allah, dan menjadi (perantara dakwah) antara Allah dan Hamba-Nya.” Sufyan bin Uyainah mengatakan : “Manusia yang paling tinggi kedudukannya disisi Allah adalah orang yang menjadi (perantara dakwah) antara Allah dan hamba-Nya. Mereka itu adalah para nabi dan ulama. Masih banyak lagi perkataan para ulama yang menerangkan bahwa ilmu akan meninggikan derajat orang-orang yang menempuh jalan untuk menimbanya. Namun sebaliknya, bagi orang-orang yang meremehkan ilmu, maka Allah akan merendahkan kedudukannya didunia dan akherat. Sesungguhnya orang yang merasakan tetesan ilmu, maka dia telah menggapai kebahagiaan yang hakiki. Karena ilmu merupakan anugerah yang sangat utama dan mulia. Barangsiapa yang luput dari merasakan lezatnya ilmu maka tidak akan bermanfaat apa yang diperoleh dari selainnya. Bahkan hal tersebut bisa menggiring seseorang kepada kebinasaan dan kehinaan. Seseorang yang menimba ilmu agama Allah bagaikan seorang nahkoda yang berlayar dengan bahtera menuju pulau abadi. Dalam menempuh perjalanannya, mau tidak mau harus berhadapan dengan berbagai rintangan yang menghadang, apakah berupa angin yang bergemuruh, ataukah ombak yang menggulung tinggi sehingga bisa menghempaskan bahtera dengan dahsyat. Namun seiring dengan itu, sang nahkoda adalah seorang yang bermental baja dan telah membekali dirinya dengan ilmu, Sehingga dia menghadapi berbagai rintangan itu dengan sabar dan hati yang tegar, tidak tergoyahkan sedikitpun walaupun ombak menerjang. Akan tetapi keinginannya tidak pernah pupus untuk melanjutkan perjalanan menuju pulau abadi tersebut. Demikianlah bagi siapa saja yang ingin mendapatkan kebahagiaan di dunia dan akherat, maka hendaklah dia berlayar dengan bahtera ilmu. Diriwayatkan dari Al Imam Ahmad dan Tirmidzi dari hadits Abu Kabsyah Al Annamaari, dia berkata :Telah bersabda Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam : “Sesungguhnya di dunia ini terdapat empat golongan : “(Pertama) seorang hamba yang Allah memberikan harta dan ilmu kepadanya. Sedangkan dia takut kepada Allah dalam harta tersebut, sehingga dia menyambung tali silaturahmi, dan dia mengetahui kewajibannya terhadap harta tersebut. Maka orang seperti ini memperoleh kedudukan yang sangat mulia di sisi Allah. (Kedua), seorang yang diberi ilmu dan tidak memiliki harta, sedangkan dia mengatakan :“Seandainya aku memiliki harta maka aku akan beramal seperti amalannya fulan. walaupun dia hanya berniat saja, maka kedua-duanya memperoleh pahala yang sama. (Ketiga), Seorang yang diberi harta dan tidak diberi ilmu maka dia bakhil dalam hartanya dan dia tidak takut kepada Rabbnya, tidak menyambung tali silaturahmi serta tidak menjalankan kewajibannya terhadap harta tersebut. Maka orang ini kedudukannya lebih hina di sisi Allah. (Keempat), Seseorang yang tidak diberi harta dan tidak pula memperoleh ilmu, kemudian mengatakan : “Kalau aku punya harta maka aku akan beramal seperti amalan fulan (yang ketiga). Walaupun hanya dengan niat maka kedua-duanya memperoleh dosa yang sama.” (Hadits Shohih, dishohihkan oleh At Tirmidzi, Al Hakim dan selainnya). Dalam Hadits diatas Nabi Shallallahu’alaihi wasallam menyebutkan orang-orang yang bahagia dalam dua kategori, dan menjadikan ilmu dan amal -dengan berbagai kewajibannya- sebagai sebab diperolehnya kebahagiaan. Sedangkan orang-orang yang celaka, beliau bagi dalam dua kategori, dan menjadikan kebodohan dan pengaruhnya sebagai sebab kebinasaan. Dalam Shohih Muslim diriwayatkan dari Abi Hurairoh radliyallahu’anhu dari Nabi Shallallahu’alaihi wasallam bahwasanya beliau bersabda : “Jika seorang anak Adam wafat maka terputus amalannya kecuali tiga perkara ; shodaqoh jariyah (mengalir pahalanya), ilmu yang bermanfaat dan anak sholeh yang mendo’akan orang tuanya.” Hadits diatas menunjukkan tentang keutamaan dan kemuliaan ilmu, serta besarnya pahala yang akan diraih dengan ilmu tersebut. Karena pahalanya tetap akan mengalir kepada orang yang wafat selama dia masih memperoleh manfaat dengannya. Maka seolah-olah dia masih tetap hidup dan belum terputus amalannya walaupun nyawa tidak lagi dikandung badan. Oleh karena itu seorang berilmu yang berdakwah dan menyebarkan kebaikan, jiwanya akan tetap hidup walaupun dia wafat. Amal kebajikan seorang yang berilmu ini akan selalu diingat oleh orang banyak dan jejaknya akan dijadikan panutan bagi orang-orang yang masih hidup. Oleh karena kita memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar menjadikan kita termasuk golongan orang-orang yang mendapatkan kebahagiaan dunia dan akherat serta menganugerahkan kepada kita ilmu yang bermanfaat dan memalingkan dari kebodohan diri-diri kita. Wallahul Muwaffiq ila sabilish Showab........ Semoga Bermanfaat...

Kamis, 19 April 2012

CERITA CINTA SEORANG SUAMI

Cerita Inspiratif untuk menjadikan Renungan bagi para istri dan Para Suami..... Semoga Bermanfaat........ "Aku membencinya, Itulah yang selalu kubisikkan dalam hatiku hampir sepanjang kebersamaan kami. Meskipun menikahinya, Aku tak pernah benar-benar menyerahkan hatiku padanya. Menikah karena paksaan orangtua, Membuatku membenci suamiku sendiri. Walaupun menikah terpaksa, Aku tak pernah menunjukkan sikap benciku. Meskipun membencinya, Setiap hari aku melayaninya sebagaimana tugas istri. Aku terpaksa melakukan semuanya karena aku tak punya pegangan lain. Beberapa kali muncul keinginan meninggalkannya tapi aku tak punya kemampuan finansial dan dukungan siapapun. Kedua orangtuaku sangat menyayangi suamiku karena menurut mereka, Suamiku adalah sosok suami sempurna untuk putri satu-satunya mereka. Ketika menikah, Aku menjadi istri yang teramat manja. Kulakukan segala hal sesuka hatiku. Suamiku juga memanjakanku sedemikian rupa. Aku tak pernah benar-benar menjalani tugasku sebagai seorang istri. Aku selalu bergantung padanya karena aku menganggap hal itu sudah seharusnya setelah apa yang ia lakukan padaku. Aku telah menyerahkan hidupku padanya sehingga tugasnyalah membuatku bahagia dengan menuruti semua keinginanku. Di rumah kami, Akulah ratunya. Tak ada seorangpun yang berani melawan. Jika ada sedikit saja masalah, Aku selalu menyalahkan suamiku. Aku tak suka handuknya yang basah yang diletakkan di tempat tidur, Aku sebal melihat ia meletakkan sendok sisa mengaduk susu di atas meja dan meninggalkan bekas lengket, Aku benci ketika ia memakai komputerku meskipun hanya untuk menyelesaikan pekerjaannya. Aku marah kalau ia menggantung bajunya di kapstock bajuku, Aku juga marah kalau ia memakai pasta gigi tanpa memencetnya dengan rapi, Aku marah kalau ia menghubungiku hingga berkali-kali ketika aku sedang bersenang-senang dengan teman-temanku. Tadinya aku memilih untuk tidak punya anak. Meskipun tidak bekerja, Tapi aku tak mau mengurus anak. Awalnya dia mendukung dan akupun ber-KB dengan pil. Tapi rupanya ia menyembunyikan keinginannya begitu dalam sampai suatu hari aku lupa minum pil KB dan meskipun ia tahu ia membiarkannya. Akupun hamil dan baru menyadarinya setelah lebih dari empat bulan, Dokterpun menolak menggugurkannya. Itulah kemarahanku terbesar padanya. Kemarahan semakin bertambah ketika aku mengandung sepasang anak kembar dan harus mengalami kelahiran yang sulit. Aku memaksanya melakukan tindakan vasektomi agar aku tidak hamil lagi. Dengan patuh ia melakukan semua keinginanku karena aku mengancam akan meninggalkannya bersama kedua anak kami. Waktu berlalu hingga anak-anak tak terasa berulang tahun yang ke-delapan. Seperti pagi-pagi sebelumnya, Aku bangun paling akhir. Suami dan anak-anak sudah menungguku di meja makan. Seperti biasa, Dialah yang menyediakan sarapan pagi dan mengantar anak-anak ke sekolah. Hari itu, Ia mengingatkan kalau hari itu ada peringatan ulang tahun ibuku. Aku hanya menjawab dengan anggukan tanpa mempedulikan kata-katanya yang mengingatkan peristiwa tahun sebelumnya, Saat itu aku memilih ke mal dan tidak hadir di acara ibu. Yaah, Karena merasa terjebak dengan perkawinanku, Aku juga membenci kedua orangtuaku. Sebelum ke kantor, Biasanya suamiku mencium pipiku saja dan diikuti anak-anak. Tetapi hari itu, Ia juga memelukku sehingga anak-anak menggoda ayahnya dengan ribut. Aku berusaha mengelak dan melepaskan pelukannya. Meskipun akhirnya ikut tersenyum bersama anak-anak. Ia kembali mencium hingga beberapa kali di depan pintu Seakan-akan berat untuk pergi. Ketika mereka pergi, Akupun memutuskan untuk ke salon. Menghabiskan waktu ke salon adalah hobiku. Aku tiba di salon langgananku beberapa jam kemudian. Di salon aku bertemu salah satu temanku sekaligus orang yang tidak kusukai. Kami mengobrol dengan asyik termasuk saling memamerkan kegiatan kami. Tiba waktunya aku harus membayar tagihan salon. Namun betapa terkejutnya aku, Ketika menyadari bahwa dompetku tertinggal di rumah. Meskipun merogoh tasku hingga bagian terdalam aku tak menemukannya di dalam tas. Sambil berusaha mengingat-ingat apa yang terjadi hingga dompetku tak bisa kutemukan. Aku menelepon suamiku dan bertanya, “Maaf sayang, Kemarin Farhan meminta uang jajan dan aku tak punya uang kecil maka kuambil dari dompetmu. Aku lupa menaruhnya kembali ke tasmu, Kalau tidak salah aku letakkan di atas meja kerjaku.” Katanya menjelaskan dengan lembut. Dengan marah, Aku mengomelinya dengan kasar. Kututup telepon tanpa menunggunya selesai bicara. Tak lama kemudian, Handphoneku kembali berbunyi dan meski masih kesal, Akupun mengangkatnya dengan setengah membentak. “Apalagi??” “Sayang, Aku pulang sekarang, Aku akan ambil dompet dan mengantarnya padamu. Sayang sekarang ada dimana?” tanya suamiku cepat , Kuatir Aku menutup telepon kembali. Aku menyebut nama salonku dan tanpa menunggu jawabannya lagi, Aku kembali menutup telepon. Aku berbicara dengan kasir dan mengatakan bahwa suamiku akan datang membayarkan tagihanku. Si empunya Salon yang sahabatku sebenarnya sudah membolehkanku pergi dan mengatakan aku bisa membayarnya nanti kalau aku kembali lagi. Tapi rasa malu karena “musuh”ku juga ikut mendengarku ketinggalan dompet membuatku gengsi untuk berhutang dulu. Hujan turun ketika aku melihat keluar dan berharap mobil suamiku segera sampai. Menit berlalu menjadi jam, Aku semakin tidak sabar sehingga mulai menghubungi handphone suamiku. Tak ada jawaban meskipun sudah berkali-kali kutelepon. Padahal biasanya hanya dua kali berdering teleponku sudah diangkatnya. Aku mulai merasa tidak enak dan marah. Teleponku diangkat setelah beberapa kali mencoba. Ketika suara bentakanku belum lagi keluar, Terdengar suara asing menjawab telepon suamiku. Aku terdiam beberapa saat sebelum suara lelaki asing itu memperkenalkan diri, “Selamat siang, ibu. Apakah ibu istri dari bapak armandi?” Kujawab pertanyaan itu segera. Lelaki asing itu ternyata seorang polisi, Ia memberitahu bahwa suamiku mengalami kecelakaan dan saat ini ia sedang dibawa ke rumah sakit kepolisian. Saat itu aku hanya terdiam dan hanya menjawab terima kasih. Ketika telepon ditutup, aku berjongkok dengan bingung. Tanganku menggenggam erat handphone yang kupegang dan beberapa pegawai salon mendekatiku dengan sigap bertanya ada apa hingga wajahku menjadi pucat seputih kertas. Entah bagaimana akhirnya aku sampai di rumah sakit. Entah bagaimana juga tahu-tahu seluruh keluarga hadir di sana menyusulku. Aku yang hanya diam seribu bahasa menunggu suamiku di depan ruang gawat darurat. Aku tak tahu harus melakukan apa karena selama ini dialah yang melakukan segalanya untukku. Ketika akhirnya setelah menunggu beberapa jam, tepat ketika kumandang adzan maghrib terdengar seorang dokter keluar dan menyampaikan berita itu. Suamiku telah tiada. Ia pergi bukan karena kecelakaan itu sendiri, Serangan stroke-lah yang menyebabkan kematiannya. Selesai mendengar kenyataan itu, Aku malah sibuk menguatkan kedua orangtuaku dan orangtuanya yang shock. Sama sekali tak ada airmata setetespun keluar di kedua mataku. Aku sibuk menenangkan ayah ibu dan mertuaku. Anak-anak yang terpukul memelukku dengan erat tetapi kesedihan mereka sama sekali tak mampu membuatku menangis. Ketika jenazah dibawa ke rumah dan aku duduk di hadapannya, Aku termangu menatap wajah itu. Kusadari baru kali inilah aku benar-benar menatap wajahnya yang tampak tertidur pulas. Kudekati wajahnya dan kupandangi dengan seksama. Saat itulah dadaku menjadi sesak teringat apa yang telah ia berikan padaku selama sepuluh tahun kebersamaan kami. Kusentuh perlahan wajahnya yang telah dingin dan kusadari inilah kali pertama kali aku menyentuh wajahnya yang dulu selalu dihiasi senyum hangat. Airmata merebak dimataku, Mengaburkan pandanganku. Aku terkesiap berusaha mengusap agar airmata tak menghalangi tatapan terakhirku padanya, Aku ingin mengingat semua bagian wajahnya agar kenangan manis tentang suamiku tak berakhir begitu saja. Tapi bukannya berhenti, Airmataku semakin deras membanjiri kedua pipiku. Peringatan dari imam masjid yang mengatur prosesi pemakaman tidak mampu membuatku berhenti menangis. Aku berusaha menahannya, Tapi dadaku sesak mengingat apa yang telah kuperbuat padanya terakhir kali kami berbicara. Aku teringat betapa aku tak pernah memperhatikan kesehatannya. Aku hampir tak pernah mengatur makannya. Padahal ia selalu mengatur apa yang kumakan. Ia memperhatikan vitamin dan obat yang harus kukonsumsi terutama ketika mengandung dan setelah melahirkan. Ia tak pernah absen mengingatkanku makan teratur, bahkan terkadang menyuapiku kalau aku sedang malas makan. Aku tak pernah tahu apa yang ia makan karena aku tak pernah bertanya. Bahkan aku tak tahu apa yang ia sukai dan tidak disukai. Hampir seluruh keluarga tahu bahwa suamiku adalah penggemar mie instant dan kopi kental. Dadaku sesak mendengarnya, Karena aku tahu ia mungkin terpaksa makan mie instant karena aku hampir tak pernah memasak untuknya. Aku hanya memasak untuk anak-anak dan diriku sendiri. Aku tak perduli dia sudah makan atau belum ketika pulang kerja. Ia bisa makan masakanku hanya kalau bersisa. Ia pun pulang larut malam setiap hari karena dari kantor cukup jauh dari rumah. Aku tak pernah mau menanggapi permintaannya untuk pindah lebih dekat ke kantornya karena tak mau jauh-jauh dari tempat tinggal teman-temanku. Saat pemakaman, Aku tak mampu menahan diri lagi. Aku pingsan ketika melihat tubuhnya hilang bersamaan onggokan tanah yang menimbun. Aku tak tahu apapun sampai terbangun di tempat tidur besarku. Aku terbangun dengan rasa sesal memenuhi rongga dadaku. Keluarga besarku membujukku dengan sia-sia karena mereka tak pernah tahu mengapa aku begitu terluka kehilangan dirinya. Hari-hari yang kujalani setelah kepergiannya bukanlah kebebasan seperti yang selama ini kuinginkan tetapi aku malah terjebak di dalam keinginan untuk bersamanya. Di hari-hari awal kepergiannya, Aku duduk termangu memandangi piring kosong. Ayah, Ibu dan ibu mertuaku membujukku makan. Tetapi yang kuingat hanyalah saat suamiku membujukku makan kalau aku sedang mengambek dulu. Ketika aku lupa membawa handuk saat mandi, aku berteriak memanggilnya seperti biasa dan ketika malah ibuku yang datang, Aku berjongkok menangis di dalam kamar mandi berharap ia yang datang. Kebiasaanku yang meneleponnya setiap kali aku tidak bisa melakukan sesuatu di rumah, Membuat teman kerjanya kebingungan menjawab teleponku. Setiap malam aku menunggunya di kamar tidur dan berharap esok pagi aku terbangun dengan sosoknya di sebelahku. Dulu aku begitu kesal kalau tidur mendengar suara dengkurannya, Tapi sekarang aku bahkan sering terbangun karena rindu mendengarnya kembali. Dulu aku kesal karena ia sering berantakan di kamar tidur kami, Tetapi kini aku merasa kamar tidur kami terasa kosong dan hampa. Dulu aku begitu kesal jika ia melakukan pekerjaan dan meninggalkannya di laptopku tanpa me-log out, Sekarang aku memandangi komputer, Mengusap tuts-tutsnya berharap bekas jari-jarinya masih tertinggal di sana. Dulu aku paling tidak suka ia membuat kopi tanpa alas piring di meja, Sekarang bekasnya yang tersisa di sarapan pagi terakhirnyapun tidak mau kuhapus. Remote televisi yang biasa disembunyikannya, Sekarang dengan mudah kutemukan meski aku berharap bisa mengganti kehilangannya dengan kehilangan remote. Semua kebodohan itu kulakukan karena aku baru menyadari bahwa dia mencintaiku dan aku sudah terkena panah cintanya. Aku juga marah pada diriku sendiri, Aku marah karena semua kelihatan normal meskipun ia sudah tidak ada. Aku marah karena baju-bajunya masih di sana meninggalkan baunya yang membuatku rindu. Aku marah karena tak bisa menghentikan semua penyesalanku. Aku marah karena tak ada lagi yang membujukku agar tenang, Tak ada lagi yang mengingatkanku sholat meskipun kini kulakukan dengan ikhlas. Aku sholat karena aku ingin meminta maaf, Meminta maaf pada Allah karena menyia-nyiakan suami yang dianugerahi padaku, Meminta ampun karena telah menjadi istri yang tidak baik pada suami yang begitu sempurna. Sholatlah yang mampu menghapus dukaku sedikit demi sedikit. Cinta Allah padaku ditunjukkannya dengan begitu banyak perhatian dari keluarga untukku dan anak-anak. Teman-temanku yang selama ini kubela-belakan, Hampir tak pernah menunjukkan batang hidung mereka setelah kepergian suamiku. Empat puluh hari setelah kematiannya, Keluarga mengingatkanku untuk bangkit dari keterpurukan. Ada dua anak yang menungguku dan harus kuhidupi. Kembali rasa bingung merasukiku. Selama ini aku tahu beres dan tak pernah bekerja. Semua dilakukan suamiku. Berapa besar pendapatannya selama ini aku tak pernah peduli, yang kupedulikan hanya jumlah rupiah yang ia transfer ke rekeningku untuk kupakai untuk keperluan pribadi dan setiap bulan uang itu hampir tak pernah bersisa. Dari kantor tempatnya bekerja, Aku memperoleh gaji terakhir beserta kompensasi bonusnya. Ketika melihatnya aku terdiam tak menyangka, Ternyata seluruh gajinya ditransfer ke rekeningku selama ini. Padahal aku tak pernah sedikitpun menggunakan untuk keperluan rumah tangga. Entah darimana ia memperoleh uang lain untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga karena aku tak pernah bertanya sekalipun soal itu.Yang aku tahu sekarang aku harus bekerja atau anak-anakku takkan bisa hidup karena jumlah gaji terakhir dan kompensasi bonusnya takkan cukup untuk menghidupi kami bertiga. Tapi bekerja di mana ? Aku hampir tak pernah punya pengalaman sama sekali. Semuanya selalu diatur oleh dia. Kebingunganku terjawab beberapa waktu kemudian. Ayahku datang bersama seorang notaris. Ia membawa banyak sekali dokumen. Lalu notaris memberikan sebuah surat. Surat pernyataan suami bahwa ia mewariskan seluruh kekayaannya padaku dan anak-anak, Ia menyertai ibunya dalam surat tersebut tapi yang membuatku tak mampu berkata apapun adalah isi suratnya untukku. Istriku Liliana tersayang, Maaf karena harus meninggalkanmu terlebih dahulu. Maaf karena harus membuatmu bertanggung jawab mengurus segalanya sendiri. Maaf karena aku tak bisa memberimu cinta dan kasih sayang lagi. Allah memberiku waktu yang terlalu singkat karena mencintaimu dan anak-anak adalah hal terbaik yang pernah kulakukan untukmu. Seandainya aku bisa, Aku ingin mendampingi sayang selamanya. Tetapi aku tak mau kalian kehilangan kasih sayangku begitu saja. Selama ini aku telah menabung sedikit demi sedikit untuk kehidupan kalian nanti. Aku tak ingin sayang susah setelah aku pergi. Tak banyak yang bisa kuberikan tetapi aku berharap sayang bisa memanfaatkannya untuk membesarkan dan mendidik anak-anak. Lakukan yang terbaik untuk mereka, Ya sayang. Jangan menangis, Sayangku yang manja. Lakukan banyak hal untuk membuat hidupmu yang terbuang percuma selama ini. Aku memberi kebebasan padamu untuk mewujudkan mimpi-mimpi yang tak sempat kau lakukan selama ini. Maafkan kalau aku menyusahkanmu dan semoga Tuhan memberimu jodoh yang lebih baik dariku. Teruntuk Farah, Putri tercintaku. Maafkan karena ayah tak bisa mendampingimu. Jadilah istri yang baik seperti Ibu. Dan Farhan, Ksatria pelindungku. Jagalah Ibu dan Farah. Jangan jadi anak yang bandel lagi dan selalu ingat dimanapun kalian berada, ayah akan disana melihatnya. Oke! Aku terisak membaca surat itu, Ada gambar kartun dengan kacamata yang diberi lidah menjulur khas suamiku kalau ia mengirimkan note. Notaris memberitahu bahwa selama ini suamiku memiliki beberapa asuransi dan tabungan deposito dari hasil warisan ayah kandungnya. Suamiku membuat beberapa usaha dari hasil deposito tabungan tersebut dan usaha tersebut cukup berhasil meskipun dimanajerin oleh orang-orang kepercayaannya. Aku hanya bisa menangis terharu mengetahui betapa besar cintanya pada kami, Sehingga ketika ajal menjemputnya ia tetap membanjiri kami dengan cinta. Aku tak pernah berpikir untuk menikah lagi. Banyaknya lelaki yang hadir tak mampu menghapus sosoknya yang masih begitu hidup di dalam hatiku. Hari demi hari hanya kuabdikan untuk anak- anakku. Ketika orangtuaku dan mertuaku pergi satu persatu meninggalkanku selaman-lamanya, Tak satupun meninggalkan kesedihan sedalam kesedihanku saat suamiku pergi. Kini kedua putra putriku berusia duapuluh tiga tahun. Dua hari lagi putriku menikah dengan seorang pemuda dari tanah seberang. Putri kami bertanya, “Ibu, aku harus bagaimana nanti setelah menjadi istri, soalnya Farah kan ga bisa masak, ga bisa nyuci, gimana ya bu?” Aku merangkulnya sambil berkata, “Cinta sayang, cintailah suamimu, Cintailah pilihan hatimu, Cintailah apa yang ia miliki dan kau akan mendapatkan segalanya. Karena cinta, Kau akan belajar menyenangkan hatinya, Akan belajar menerima kekurangannya, Akan belajar bahwa sebesar apapun persoalan, Kalian akan menyelesaikannya atas nama cinta.” Putriku menatapku, “Aeperti cinta ibu untuk ayah ? Cinta itukah yang membuat ibu tetap setia pada ayah sampai sekarang?” Aku menggeleng, “Bukan, sayangku. Cintailah suamimu seperti ayah mencintai ibu dulu, Seperti ayah mencintai kalian berdua. Ibu setia pada ayah karena cinta ayah yang begitu besar pada ibu dan kalian berdua.” Aku mungkin tak beruntung karena tak sempat menunjukkan cintaku pada suamiku. Aku menghabiskan sepuluh tahun untuk membencinya, Tetapi menghabiskan hampir sepanjang sisa hidupku untuk mencintainya. Aku bebas darinya karena kematian, Tapi aku tak pernah bisa bebas dari cintanya yang begitu tulus." Penulis : Liliana Armandi.

Selasa, 17 April 2012

Jadi tamu Allah SWT yang baik

Ternyata kita hidup di dunia (dalam ajaran Agama Islam) supaya berperilaku sebagai seorang tamu yang berakhlak mulia. Usia kita di alam yang fana ini hanya sebentar (menurut Sabda Rasulullah SAW: umat beliau kelak hanya berusia antara 60-70 tahun, sedang yang lebih dari 70 tahun hanya sedikit). arti lain hidup di dunia bagaikan hanya mampir minum. Dalam hal ini kita sebagai tamu Allah SWT di bumi milik Allah. Oleh karena itu manusia yang beriman kepada Allah SWT telah diwajibkan untuk melaksanakan perintah dan larangan-Nya. Maka, di setiap khutbah Jumat selalu diingatkan untuk menyempurnakan taqwa dengan sebenar-benar taqwa. Jangan sampai kita menjadi orang yang lalai, karena Allah SWT telah mengingatkan manusia dalam Al Quran (Surat At Taariq): -ayat 13:"Sesungguhnya Al Quran itu benar-benar firman yang memisahkan antara yang hak (benar) dan yang bathil (salah)." -ayat14:"dan sekali-kali bukanlah dia senda gurau." Jadi berbahagialah orang-orang yang telah mendapat hidayah Allah SWT untuk Doa: "Ya Allah, janganlah Engkau sesatkan kami setelah kami mendapatkan petunjukMu. Selamatkanlah perjalanan hidup kami di dunia dan di akhirat, aamiin."

Selasa, 03 April 2012

Delapan Indikator Keislaman Seorang Muslim

MANUSIA yang bertakwa adalah manusia yang paling mulia di sisi Allah. Dan orang yang bertakwa segara orientasi hidupnya kepada Allah Subhanahu wa-ta'ala (سبحانه و تعالى‎). “Anta maqshuduna, ridhaka mathlubuna, dunyana wa ukhrana” (Engkaulah tujuan puncak kami, keridhaan-Mu yang aku cari, demi menggapai kebahagiaan dunia dan keselamatan akhirat kami). Bukan yang lain. Bukan karena ilmu kita, jabatan kita, kepandaian kita, harta kita atau orientasi dunia lainnya. Dengan takwa, manusia selalu mentauhidkan Allah Subhanahu wa-ta'ala (سبحانه و تعالى‎) dan tidak menyekutukan-Nya. Selalu mengingat-Nya dan tidak melupakan-Nya. Selalu mensyukuri karunia-Nya dan tidak mengingkari-Nya. Selalu mendekatkan diri kepada-Nya dan tidak menjauhi-Nya, meminjam istilah Ibnu Masud dalam Tafsir Ath Thabari. Indikator Keislaman Lantas apa indikasinya bahwa keislaman kita sesuai “Manhaj Nubuwwah”? setidaknya ada delapan indikato yang bisa memudahkan kita sebagai alat ukur mutu keislaman seseorang; Pertama: Terkikisnya Virus Thagha’ Istilah tagha’ (baca thogho) ini diambil dari surat Al-‘Alaq pada ayat 6. Secara bahasa artinya melampaui batas. Seperti air yang tumpah dari gelas, karena diisi melebihi dari ukurannya. Manusia bersikap thagha karena merasa dirinya serba cukup (ayat 7). Merasa dirinya sudah berharta, berilmu dan berkuasa. Tidak lagi memerlukan bimbingan dari Allah Subhanahu wa-ta'ala (سبحانه و تعالى‎). Jadi, pertama kali yang harus dilakukan oleh orang yang ingin berhasil mengenal Islam adalah tazkiyatun nafsi (membersihkan hati), berfikir obyektif dan terbuka. Melihat ke langit (Allah Subhanahu wa-ta'ala (سبحانه و تعالى‎)), ke tengah (ayat diri sendiri) dan ke bawah (alam dan seisinya dan tempat kembali manusia). Jika hati kita belum bisa disterilkan dari kepentingan hawa nafsu, dunia dan kekuasaan, maka mustahil Islam bisa kita serap dan kita nikmati secara baik. Islam yang bisa dijadikan pencegah dari perbuatan fahsya dan mungkar. Bukan sekedar Islam sebagai pencuci dosa. Bangsa kita yang mayoritas Muslim, tapi buktinya masih banyak melakukan korupsi. Karena ajaran Islam hanya dijadikan penebus dosa sebagaimana agama lain. Dari sini sesungguhnya sudah cukup memadai mutu keislaman kita. Bahaya laten thagha’ akan berakibat fatal dan krusial. Yaitu membatalkan keislaman kita. Penyakit tagha’ melahirkan tiga kejahatan yang menjadi pemicu penyimpangan manusia sepanjang sejarah. Yaitu, sombong yang diwariskan oleh iblis, serakah (thama’) yang ditularkan oleh Adam as dan hasud yang diwariskan oleh Qabil. Tagha’ dan iman akan terus berhadap-hadapan sampai hari kiamat. Kebenaran dan kebatilan, keimanan dan kemusyrikan, al Haqq wal Batil, tidak akan bisa dipertemukan sepanjang sejarah peradaban manusia. Buah dari terkikisnya thagha’ akan mendidik manusia untuk memiliki sikap tawadhu. Rendah hati, selalu memerlukan bimbingan wahyu. Kedua: Keimanan kepada Allah Subhanahu wa-ta'ala (سبحانه و تعالى‎) Sasaran al-Quran adalah orang-orang yang beriman. Sekalipun tinggi kualitas keilmuan, peradaban manusia, ketika berinteraksi dengan al-Quran dengan memaksakan pemahamannya atau menyimpan niat yang buruk, al-Quran yang demikian terang, menjadi kabur. Jadi, iman adalah modal utama dan pertama untuk At-Ta’amul ma’a Al-Quran. Iman, bagaikan air sumur zamzam. Sumber yang dipancarkannya tidak akan pernah kering dan habis sepanjang sejarah peradaban manusia. Iman itulah yang memotivasi pemiliknya untuk istiqomah (konsisten), mudawamah (berkesinambungan), istimroriyah (terus-menerus), tanpa mengenal lelah, dengan sabar, tegar, teguh, tekun, tawakkal, mengajak kepada kebaikan dan mencegah segala bentuk kemungkaran tanpa tendensi apapun, pura-pura dan pamrih. Tidak mengharapakan pujian, ucapan terima kasih dan balasan serta tidak takut celaan orang yang mencela. Imanlah yang menjadikan seseorang terus bergerak menyemai kebaikan-kebaikan di taman kehidupan ini tanpa kenal letih. Karena, ia yakin dalam setiap gerakan yang dimotivasi oleh nilai-nilai keimanan itu tersimpan potensi kebaikan-kebaikan melulu (barakah). “Taharrak fa-inna fil harakati barakah” (bergeraklah, karena setiap gerakan ada tambahan kebaikan). Dan kebaikan yang ditanam itu akan ia panen, kembali kepada dirinya. Baik secara kontan (langsung) ataupun secara kredit (tidak langsung). Bukan dipanen orang lain. Justru, jika berhenti bergerak, potensi yang dimilikinya tinggal sebuah potensi. Tidak tumbuh dan berkembang. Air yang tidak mengalir, akan menjadi sarang berbagai kuman yang mematikan. Imanlah yang menjadikan seseorang terus aktif membendung/menghalangi berbagai pengaruh negatif kejelekan, kefasikan, kezhaliman, kemungkaran. Karena, semua perbuatan dosa dan maksiat akan menghancurkan dirinya sendiri. Manusia yang bergelimang dalam perbuatan dosa, di dunianya tersiksa, sedangkan di akhirat siksanya lebih menyakitkan. Imanlah yang mencegah pemiliknya untuk menelola hawa nafsu (syahwat), nafsu perut dan nafsu kelamin. Karena kedua nafsu duniawi itu semakin dicicipi dengan cara yang salah bagaikan meminum air laut. Semakin di minum, bertambah haus. Ali bin Abi Thalib mengatakan: Tiga hukuman bagi orang yang berbuat maksiat, yaitu penghidupan yang serba sulit, sulit menemukan jalan keluar dari himpitan persoalan, dan tidak dapat memenuhi kebutuhan pangannya kecuali dengan melakukan maksiat kepada Allah Subhanahu wa-ta'ala (سبحانه و تعالى‎). Ketiga: Menjadikan Diri Sebagai Alat Peraga al-Quran Kita sepakat bahwa al-Quran adalah kitab suci yang orisinil. Ini sudah diberitakan oleh kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya. Namun secara jujur kita mengakui, betapa jauhnya jarak antara kaum muslimin dengan kitab sucinya. Bagaikan pemain layang-layang. Umat Islam belum mampu menjadikan dirinya sebagai gambaran kongkrit “al-Quran yang berjalan di pasar, di gedung parlemen, di jalan raya, di rumah tangga, di lembaga pendidikan, di dunia militer” dll. Faktanya, al Quran sekedar dijadikan mantra, sehingga tidak berefek apa pun pada perubahan pola pikir, sudut pandang, arah kehidupan, orientasi dan perilaku kehidupan dalam skala individu, keluarga, bangsa dan negara. Agar kita menjadi orang-orang yang berorientasi al-Quran, hendaklah al-Quran menjadi penuntun dan pemandu seluruh kehidupan kita. Sehingga al-Quran merubah kehidupan kita secara total dan merujuk referensi isi al-Quran. Sikap seorang Muslim terhadap al-Quran seharusnya ada empat hal. Tasmi’, (mendengarkan dengan merenungi isinya), tafhim (memahami), ta’lim (mengajarkan kepada orang lain), tathbiq (mengamalkan), kemudian mengajak orang lain ke jalan Al Quran tersebut. Mustahil mendakwakan al-Quran jika kita sendiri tidak mengamalkannya. Jadiakan al-Quran sebagai pembelamu (hujjatun laka) atau penggugatmu (hujjatun ‘alaika), demikian Sabda Rasulullah Shalallaahu 'Alaihi Wasallam (صلى الله عليه و سلم). Artinya, al-Quran bisa memperkuat sikap kita sebaliknya bisa menghancurkan kita atas sikap-sikap kita yang tak sesuai dengan nilai yang terkandung salam al-Quran. Dan apabila kamu tidak membawa suatu ayat Al Quran kepada mereka, mereka berkata: "Mengapa tidak kamu buat sendiri ayat itu?" Katakanlah: "Sesungguhnya aku hanya mengikut apa yang diwahyukan dari Tuhanku kepadaku. Al Quran Ini adalah bukti-bukti yang nyata dari Tuhanmu, petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman." Dan apabila dibacakan Al Quran, Maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat[mendengar dan memperhatikan sambil berdiam diri]." (QS. Al Araf (7): 203-204). Keempat: Menjadikan Rasulullah Shalallaahu 'Alaihi Wasallam sebagai Idola Tujuan puncak orang beriman adalah mencari ridha Allah (Ya Allah Ya Rabbana Anta Maqshuduna, Ridhaka Mathlubuna Dunyana Wa Ukhrona). Rasulullah Shalallaahu 'Alaihi Wasallam (صلى الله عليه و سلم) adalah manusia yang dipilih oleh-Nya untuk menyampaikan wahyu kepada umat manusia. Tujuan berislam adalah mencari ridha Allah Subhanahu wa-ta'ala (سبحانه و تعالى‎) atau "Allahu Ghoyatuna". Dan salah satu strategi menjalankannya dalam kehidupan adalah mengikuti Rasulullah Muhammad. Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah (QS. Al Ahzab (33) : 21) Tapi mari kita saksikan pada diri kita semua, saudara kita, atau anak-anak kita. Siapa sosok yang menjadi idola kita atau mereka? Nabikah? Yang cukup menggenaskan, di Bandung, wanita-wanita yang mengidolakan Ariel Paterpan, artis pelaku pornografi justu gadis-gadis berjilbab. Jangan-jangan di antara mereka adalah anak kita. Na’udzu Billah min dzalik. Kelima: Ibadah, Refleksi dari Keimanan Agar hati bisa dirawat dari berbagai penyakit yang mengotori dan merusaknya, memerlukan ketekunan dalam ibadah kepada-Nya. Untuk menguji kualitas komitmen keimanan seseorang adalah giat beribadah kepada Allah. Baik yang wajib ataupun yang sunnah. Ketaatan beribadah merupakan turunan dari keimanan. Pengertian iman adalah, “Al imanu tashdiqu bil qalb, iqraru bil lisan wal 'amalu bil arkan.” (Iman itu diyakini di dalam hati, diikrarkan dengan lisan dan diamalkan dengan anggota badan). Bukan disebut beriman hanya karena dia memakai songkok putih, bergelar haji, tetapi tindak-tanduknya belum mencerminkan seorang Muslim. Atau tidak bisa seseorang dikatakan sholeh hanya karena dia baik, suka menyumbang fakir-miskin, tetapi dia kafir atau tidak pernah sholat. Seorang yang beriman namanya mukmin. Dan orang Mukmin, dia pasti rajin beribadah dan kuat memegang syariat Allah. Keenam: Bangkit untuk Inqadzul Ummah Tidak cukup seorang muslim puas jika melihat dirinya shalih, sedangkan membiarkan orang lain jahat. Islam yang benar, di samping dirinya shalih, pula mengajak saudaranya menjadi shalih pula. Seorang muslim yang tidak memiliki kepekaan sosial, maka suatu saat keimanan yang dimilikinya akan mengalami degradasi. Karena secara individual orang yang shalih disebut khairul bariyyah, dan membentuk umat sehingga menjadi khairu ummah. Mustahil menjadi khairu ummah tanpa bahan dasar khairul bariyyah. Insan shalih tidak bisa dipisahkan dari al mujtama’ ash-shalih (masyarakat yang shalih). Jadi, kita dituntut untuk shalih linafsihi dan shalih lighairihi. كُنتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللّهِ وَلَوْ آمَنَ أَهْلُ الْكِتَابِ لَكَانَ خَيْراً لَّهُم مِّنْهُمُ الْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرُهُمُ الْفَاسِقُونَ “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.” (QS. Ali Imran (3) : 110). Ketujuh: Menegakkan Kepemimpinan Imamah dan Jamaah Konsekwensi keimanan seseorang adalah berjamaah (berkumpul karena ikatan la ilaha illallah muhammadur rasulullah). Bukan sekedar ikatan kerja. Manusia adalah makhluk sosial. Sekalipun memikul pekerjaan sederhana, misalnya tertawa, mencukur rambut, memerlukan keterlibatan orang lain. Lebih-lebih melaksanakan ajaran Islam yang demikian lengkap dan mengandung persoalan yang kompleks. Islam bukan sekedar makanan akal, pula konsumsi hati dan perasaan. Islam tidak sebatas dipahami, tetapi perlu diperagakan dalam kehidupan nyata. Din (konsep) tidak bisa dipisahkan dari daulah (penerapannya). Orang Islam dituntut menunjukkan bahwa dirinya adalah alat peraga al-Quran dan as-Sunnah. Yang berjalan di alam nyata. Dan Islam tidak akan berdiri tegak dan teraplikasikan secara kaffah tanpa adanya sebuah jamaah yang kuat dan berwibawa. Kita sangat diuntungkan dengan berjamaah, untuk menjaga keshalihan kita. Di samping itu, tidak ada satupun ayat yang menjelaskan orang beriman dengan menggunakan kata tunggal (mufrad), - aman - tetapi memakai isim jama’ – amanuu -. Kepemimpinan yang dibangun tidak berdiri di atas prinsip laa ilaaha illah muhammadurrasulullah, maka mustahil bisa menguatkan ikatan hati. Sebagaimana kondisi masyarakat Yahudi yang digambarkan dalam al-Quran. Karena masing-masing individu berjiwa kerdil. Imamah jamaah adalah media yang paling efektif untuk menyederhanakan perbedaan kita dan menonjolkan persamaan. Mengecilkan persoalan furuiyah (cabang agama) dan membesarkan persoalan ushul (pokok). Karena, perkumpulan kita diikat oleh ikatan yang prinsip (ideologis), La ilaha illah wa Muhammadur Rasulullah Shallahu ‘alaihi Wassalam. Bukan kepentingan pragmatis dan sesaat serta jangka pendek. Kedelapan: Mewujudkan Ukhuwah Islamiyah Inilah nikmat tertinggi yang kita rasakan setelah nikmat iman kepada Allah Subhanahu Wata’ala. Ukhuwwah Islamiyah inilah yang berhasil memutus mata rantai ‘ashabiyah (fanatisme kesukuan), ananiyah (egoisme), keangkuan, kesombongan, atribut dan asesoris lahiriyah, yang menjadi pilar berdirinya masyarakat jahiliyah. Persaudaraan yang diikat oleh ikatan tauhid ini yang bisa mengungguli ikatan kekeluargaan seketurunan. Inilah sebuah ikatan yang kokoh, karena dibingkai oleh prinsip. Saling cinta mencintai karena Allah Subhanahu wa-ta'ala (سبحانه و تعالى‎). Maka, lahirlah sebuah ungkapan; “Seandainya cinta dan kasih sayang itu telah merasuk dalam kehidupan maka manusia tidak memerlukan keadilan dan undang-undang.” Kasmansingodimejo salah satu pendiri Muhammadiyah pernah mengatakan; “Sesungguhnya kaum muslimin sekalipun hanya mengumpulkan kerikil, dalam waktu dekat akan menjadi gunung.” Seandainya jumlah kaum muslimin yang demikian besar dan berhasil menyingkirkan perbedaan-perbedaan kecil di antara mereka (furuiyah), maka hanya sekedar kencing secara berjamaah di pemukiman Yahudi di Palestina, mereka akan “tenggelam”. Imam Syafii mengatakan’ “Allah tidak akan menolong umat yang bercerai-berai, baik dahulu, kini dan umat yang akan datang.” Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh, kata pepatah Indonesia. Karena, tangan Allah di atas orang yang berjamaah (berkumpul karena ikatan iman), bukan sekedar berhimpun dan bergerombol karena hobi. Semoga, tulisan ini semakin memperkokoh dan memperkuat identitas keislaman kita semua. Amin.*

Rabu, 28 Maret 2012

Makna Al-fatihah saat sholat

Kita smua sdh tahu bhw Surah Al-Fatihah terdiri dri 7 ayat, di turunkan di Makkah, disbt Al-Fatihah (Pembukaan) krn surah inilah di mulainya Al-Qur'an, jg dinamakan Ummul Kitab (induk KitaB), dan kita diwajibkan membacanya setiap kali shalat, Al-Fatihah jg di namakan As-Sab'ul Masani (7 yg ber-ulang2) krn ayatnya ada 7 dan di baca ber-ulang2.

Saat membaca surah Al-Fatihah pd wkt shalat, bnyk skali orang yg cara membacanya ter-gesa2 tanpa spasi, dan se-akan2 ingin cepat selesai shalatnya, padahal disaat kita selesai membaca satu ayat dari surah Al-Fatihah, Allah menjawab setiap ucapan kita, maka dari itu kita hrs berhenti setiap selesai membaca satu ayat.

Dlm Sebuah Hadits Qudsi Allah SWT berfirman :
"Aku membagi shalat menjadi dua bagian, utk Aku dan utk hamba-Ku".
•Artinya: tiga ayat diatas Iyyaka Na'budu Wa iyyaka nasta'in adalah hak Allah, dan tiga ayat kebawahnya adalah urusan hamba-Nya.

»Ktika Kita mengucapkan "Alhamdulillahi Rabbil 'alamin". •Allah menjawab: "Hamba-Ku telah memuji-Ku".

»Ktika kita mengucapkan "Ar-Rahmanir-Rahim"...
•Allah menjawab: "Hamba-Ku telah mengagungkan-Ku".

»Ktika kita mengucapkan "Maliki yaumiddin"...Allah menjawab :"Hamba-Ku memuja-Ku"

»Ktika kita mengucapkan “Iyyaka na’ budu wa iyyaka nasta’in”...
•Allah menjawab: “Inilah perjanjian antara Aku dan hamba-Ku”.

»Ktika kita mengucapkan “Ihdinash shiratal mustaqiim, Shiratalladzina an’amta alaihim ghairil maghdhubi alaihim waladdhooliin.”...
•Allah menjawab: “Inilah perjanjian antara Aku dan hamba-Ku.. Akan Ku penuhi yang ia minta.”
(H.R. Muslim dan At-Turmudzi)

Berhentilah sejenak setelah membaca setiap satu ayat... Rasakanlah jawaban indah dari Allah krn Allah sedang menjawab ucapanmu..

Selanjutnya ucapkanlah "Aamiin" dgn ucapan yang lembut, sebab malaikatpun sedang mengucapkan hal yg sama dgn kita.
Barang siapa yg ucapan “Aamiin-nya” bersamaan dgn para malaikat, maka Allah akan memberikan ampunan kepada-Nya.”

Sabtu, 24 Maret 2012

Kebenaran

Bicara KEBENARAN memang sangatlah rentan timbulkan perdebatan, saya mendapatkan pelajaran sbb.:
Indra Trenggono (2009) menyatakan bahwa sejauh ini masyarakat mengenal ada 3 macam KEBENARAN, yaitu Kebenaran subyektif, obyektif dan sejati.
1.Kebenaran Subyektif.
Kebenaran yang mengukur benar-salah dari kepentingan personal. Dalam kebenaran subyektif ini, sang "AKU" menjadi pusat orientasi nilai. "AKU" bisa bermakna KEKUASAAN dan jelmaan dari "AKU" yang jamak yang menghegemoni Kebenaran Obyektif. Ketika kebenaran subyektif menindas kebenaran obyektif dan kebenaran sejati, yang terjadi adalah distorsi nilai dan sistem sosial yang timpang.
-Dalam konteks hukum, warga negara tidak menemukan kepastian kebenaran dan keadilan.
-Dalam konteks politik, warga negara tidak menemukan demokrasi sejati sehingga kedaulatan rakyatpun tersandera di tangan penguasa.
-Dalam konteks ekonomi, warga negara tidak menemukan kehidupan yang layak dan sejahtera karena ekonomi dihegemoni kelompok elite. Warga negara menjadi obyek eksploitasi.
-Dalam konteks budaya, warga negara tidak mendapatkan hak-hak budayanya yang maksimal: misalnya hak mendapatkan pendidikan, hak mendapatkan informasi, hak mengembangkan kebudayaan dan hak mengembangkan potensi diri.
2. Kebenaran Obyektif.
Kebenaran yang bersifat normatif dan berdasarkan nalar sosial. Kebenaran obyektif paralel dengan kebenaran sejati, karena Tuhan menciptakan kebenaran sejati pada dasarnya untuk kehidupan kolektif manusia, bukan untuk diri-Nya.
3. Kebenaran Sejati.
Kebenaran yang bersumber dari kebenaran Tuhan.
Di antara ketiga kebenaran tersebut ternyata kebenaran subyektif lah yang paling menonjol. Oleh karena itu patutlah kita merenungkan Firman Allas SWT (QS Ali Imran ayat 190):"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang berakal".
Semoga kita termasuk orang-orang yang pandai menghormati hak-hak orang lain serta memahami tanda-tanda kebesaran Illahi, Insya Allah.............

Kamis, 22 Maret 2012

Untuk-Mu Ya ALLAH Seluruh Napas Ini...........

Kehidupan kita hari demi hari sangat luar biasa. Dari hal yang terkecil sampai yang terbesar merupakan keajaiban yang tak mampu di cerna oleh akal, tetapi dapat dipercaya dengan Qalbu. Penciptaan manusia contohnya, berawal hanya dari dipertemukannya air Mani dan sel ovum bisa menciptakan manusia dengan sebaik-baik bentuk.
Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya . (QS. At-Tin: 3)
Tidak hanya itu, tetapi juga disempurnakan dengan kadarnya masing-masing dengan sesuai kegunaan dan fungsi dari setiap yang di bentuk. Memberikan Mata untuk Melihat, telinga untuk mendengar, Kaki untuk melangkah, semuanya disempurnakan dan juga ditentukan kadar kegunaannya
Yang Menciptakan, dan menyempurnakan (penciptaan-Nya), Dan yang menentukan kadar (masing-masing) dan memberi petunjuk (QS. Al-A’laa: 3-4)
Wajar jika hari ini kita patut bersyukur hanya kepada yang telah menciptakan dan menyempurnakan ciptaan-Nya. Tetapi apakah kita sebagai yang diciptakan telah banyak bersyukur? Sebuah pertanyaan besar yang mungkin jawabannya mayoritas adalah belum. Kita menyalahgunakan kenikmatan dan keajaiban yang telah Allah berikan, kita menjadikan napas yang berhembus untuk benda atau seseorang yang sesungguhnya mereka pun belum tentu bisa menolong dirinya sendiri. Terutama terhadap manusia, secara tidak sadar kita telah menyembah thagut dari orang yang kita cintai. Tanpa orang di cintai dan kehilangan mereka kita merasa diri menjadi tak berarti dan tak bermanfaat. Tanpa ada sapa dan pertemuan dengan yang dicintai merasa tak ada lagi semangat dan kehidupan terasa hampa dan sunyi. Kita menjadikan diri kita sangat berguna dan bermanfaat karena tujuan kita hanya ingin dilihat oleh seseorang yang di cintai, ketika mereka telah tiada atau tak lagi mencintai kita, maka kita tak lagi berusaha menjadi yang berguna dan bermanfaat,
Padahal kita telah mengikrarkan diri dan berjanji kepada Allah SWT dalam setiap shalat-shalat yang kita lakukan, apakah Doa yang kita ikrarkan?
Inna shalaatii wanusukii wamahyaaya wamamaatii lillaahirabbil ‘aalamiin.
Sesungguhnya Shalatku, Ibadahku, Hidupku Dan Matiku Semuanya Untuk Allah, Penguasa Alam Semesta.
Maka rasa syukur kita kepada Allah SWT atas keajaiban yang diberikan dalam hidup kita adalah seluruh Napas yang berhembus hanyalah Untuk Allah SWT dan atas syariat yang Allah turunkan. Inilah yang paling mulia, sehingga kita bisa menjadi manusia bermanfaat sekalipun manusia memusuhi kita karena kita memiliki sang Rabb semesta Alam, Untuk-Mu Seluruh Napas ini patut di tujukan hanya kepada Allah SWT, karena hanya Allah yang selalu ingat dengan hambanya, kita menjadi manusia yang selalu berguna dan bermanfaat karena napas kita hanyalah untuk-Nya. Apalagi Allah akan memuliakan orang-orang yang menjadikan setiap hembusan napasnya hanya untuk mengabdi dan taat kepada Allah SWT. Bahkan kita akan merasakan kelezatan dalam hidup kita jika kita menjadikan dan mendedikasikan setiap napas ini hanya untuk Allah dan orang-orang yang mencintai Allah SWT.
“Kelezatan iman akan dirasakan oleh orang yang telah rela menjadikan Allah sebagai Tuhan, Muhammad sebagai Rasul, dan Islam sebagai agama.”
Mengutip dari Qadhi Iyadh, Imam Nawawi berkata: “Makna hadits ini adalah imannya benar, jiwanya tenang dan batinnya tenteram. Karena keridhaannya kepada hal-hal yang disebutkan itu merupakan bukti ma’rifatnya, ketajaman pandangannya dan keceriaan hatinya. Sebab orang yang ridha terhadap sesuatu pasti merasa mudah melakukannya. Demikian pula seorang mukmin, apabila iman telah masuk ke dalam hatinya maka akan mudah baginya melakukan berbagai ketaatan kepada Allah dan merasa lezat dengannya. Wallahu A’lam.”
Nabi SAW bersabda:
"Tiga hal yang jika ada dalam diri seseorang, berarti telah merasakan lezatnya iman, yaitu ia mencintai Allah dan Rasul-Nya melebihi apapun, mencintai seseorang karena Allah semata, dan benci kembali kepada kekafiran seperti kebenciannya bila dilempar ke neraka setelah diselamatkan Allah darinya.”
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata:
“Bila di hatimu tidak ada kelezatan yang bisa kamu dapatkan dari amal yang kamu lakukan, maka curigailah hatimu. Karena Allah Maha Pemberi balasan.”
Maksudnya, Allah pasti membalas amal seseorang di dunia dengan kelezatan, pencerahan dan ketenangan yang ada di hatinya. Bila belum merasakan hal tersebut, berarti amalnya terkontaminasi.

Maka Untuk-Mu seluruh Napas ini....................

Senin, 19 Maret 2012

7 Tanda Kebahagiaan Dunia

Dari Ibnu Abbas ra, ada 7 petanda kebahagiaan dunia, yaitu :

1.Qalbun syakirun atau hati yang selalu bersyukur
2.Al azwaaju shalihah, yaitu pasangan hidup yang soleh
3.Al auladun abrar, yaitu anak yang soleh
4.Albiiatu sholihah, yaitu lingkungan yang kondusif untuk iman kita
5.Al maalul halal, atau harta yang halal
6.Tafakur fi dien, atau semangat untuk memahami agama
7.Umur yang barakah – artinya umur yang semakin tua semakin soleh, yang setiap detiknya diisi dengan amal ibadah.

Firman ALLAH SWT:
“Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka.”(Surah Al Baqarah: Ayat 201)

Minggu, 18 Maret 2012

MAKNA FILOSOFI DARI LAGU GUNDUL-GUNDUL PACUL

Ternyata lagu gundul-gundul pacul mempunyai filosofi yang cukup mendalam, Lagu Gundul Gundul Pacul ini konon diciptakan tahun 1400-an oleh Sunan Kalijaga dan teman-temannya yang masih remaja dan mempunyai arti filosofis yg dalam dan sangat mulia.

'Gundul' adalah kepala plonthos tanpa rambut. Kepala adalah lambang kehormatan, kemuliaan seseorang. Rambut adalah mahkota lambang keindahan kepala. jadi 'gundul' adalah kehormatan tanpa mahkota.

'Pacul' adalah cangkul (red, jawa) yaitu alat petani yang terbuat dari lempeng besi segi empat. jadi pacul adalah lambang kawula rendah, kebanyakan petani.

'Gundul pacul' artinya adalah bahwa seorang pemimpin sesungguhnya bukan orang yang diberi mahkota tetapi dia adalah pembawa pacul utk mencangkul, mengupayakan kesejahteraan bagi rakyatnya/orang banyak.

Orang Jawa mengatakan pacul adalah 'Papat Kang Ucul' (4 yg lepas). Kemuliaan seseorang tergantung 4 hal, yaitu bagaimana menggunakan mata, hidung, telinga dan mulutnya, dengan makna sbb:
1. Mata digunakan untuk melihat kesulitan rakyat/masyarakat.
2. Telinga digunakan untuk mendengar nasehat.
3. Hidung digunakan untuk mencium wewangian kebaikan.
4. Mulut digunakan untuk berkata adil.

Jika empat hal itu lepas, maka lepaslah kehormatannya. 'Gembelengan' artinya besar kepala, sombong dan bermain-main dalam menggunakan kehormatannya.

Arti harafiahnya jika orang yg kepalanya sudah kehilangan 4 indera itu mengakibatkan hal-hal sbb:
1. GEMBELENGAN (congkak/sombong).
2. NYUNGGI-NYUNGGI WAKUL (menjunjung amanah rakyat/orang banyak).
3. GEMBELENGAN ( sombong hati).
4. WAKUL NGGLIMPANG (amanah jatuh gak bisa dipertahankan).
5. SEGANE DADI SAK LATAR (berantakan sia sia, tidak bermanfaat bagi kesejahteraan orang banyak)

Cukup dalam makna dan penjabaran dari lagu ini, patut untuk kita jaga dan lestarikan ke anak cucu sebagai warisan budaya lagu jawa. Semoga mengingatkan dan menyadarkan diri kita sebagai pemimpin... Minimal pemimpin Keluarga.... SEMOGA BERMANFAAT.....

Jumat, 16 Maret 2012

Kiat Agar Suami Disayang Isteri

1. Berhiaslah untuk isteri anda sebagaimana anda senang apabila ia berhias untuk anda.
2. Merayu isteri dan mencandainya.
3. Mempergaulinya dengan lemah lembut dan kasih sayang.
4. Penuhi kesenangannya untuk berbicara dan bercakap-cakap
(bercengkerama).
5. Panggillah isteri dan nama kesukaannya.
6. Jauhilah sikap emosional dan tempramental.
7. Berilah isteri anda rasa aman dan tenang.
8. Membuatnya gembira dengan pemberian yang mengejutkan.
9. Masuklah ke dalam rumah dengan wajah berseri-seri dan tersenyum.
10. Berlemahlembutlah dalam berbicara.
11. Bicarakanlah sesuatu yang menyenangkannya.
12. Memujinya di hadapan keluarga anda dan keluarganya.
13. Menghargai penampilannya.
14. Berikanlah hadiah (romantis) semisal bunga atau selainnya sebagai penguat cinta diantara keduanya.
15. Hilangkanlah kejenuhan rutinitas sehari-hari dengan bertamasya (rihlah) atau selainnya.
16. Terimalah kekurangan-kekurangannya karena tidak ada manusia yang sempurna.
17. Jagalah diri dari perkara-perkara sepele yang dapat bertumpuk menjadi masalah besar.
18. Bantulah isteri anda dalam urusan-urusan rumah tangga.
19. Jangan kikir dengan perasaan anda. Ekspresikan perasaan anda kepadanya dengan kelembutan dan kejujuran.
20. Hargai akal dan buah pemikirannya.
21. Selalulah berbaik sangka kepada dirinya.
22. Bangkitkanlah perasaannya bahwa ia adalah wanita yang ideal bagi anda.
23. Bantulah ia meningkatkan kemampuannya.
24. Jagalah perasaannya terutama di saat haidh dan hamil.
25. Bantulah dirinya di dalam mengurusi anak-anak.
26. Hormati keluarganya, berbuat baik kepada mereka dan tidak melarangnya untuk mengunjungi keluarganya.
27. Makan bersama di rumah atau tempat lain yang tenang dan aman dari fitnah.
28. Berikan pujian dan sanjungan kepada dirinya.
29. Jagalah rahasianya dan janganlah menyebarkannya.
30. Jagalah hak-haknya dan janganlah menyia-nyiakannya.
31. Berbuat adillah kepada dirinya.
32. Perlakukanlah dirinya dengan baik dan lemah lembut.
33. Bersikaplah realistis dan jadikanlah dirinya sebagai isteri yang ideal bagi anda.
34. Bekerja sama dengannya di dalam ketaatan kepada Alloh.
35. Janganlah anda terlalu sering meninggalkan dirinya dan rumah.
36. Yang lalu biarlah berlalu dan jangan suka mengungkit-ungkit kesalahan yang telah berlalu.
37. Jangan memberikan peluang kepada orang lain untuk mencampuri urusan rumah tangga anda.
38. Jauhi motivasi yang buruk tatkala menikah.
39. Jagalah kesehatannya secara intensif.
40. Ajaklah isteri anda ke dalam kebahagiaan anda.
41. Kirimlah surat kepadanya apabila anda jauh darinya.
42. Jelas dan tidak tergesa-gesa apabila anda meminta sesuatu padanya sehingga dia faham dan tidak bingung dengan apa yang anda inginkan.
43. Maklumilah kecemburuannya dan maafkanlah.
44. Bantulah dirinya di dalam menghadapi persoalan-persoalan yang menyusahkan dan membosankan.
45. Ikutilah petunjuk Islam ketika isteri anda berpaling.
46. Jangan menganggap diri anda selalu benar.
47. Mengikuti petunjuk Islam tatkala melakukan hubungan intim.
48. Tidak mendatangi isteri dari dubur atau tatkala haidh.
49. Menjaganya dari pandangan-pandangan jahat manusia.
50. Memberinya anggaran khusus selain biaya hidup sehari-hari.
51. Nikmatilah nikmatnya lupa terutama yang berkaitan dengan musibah musibah yang menyedihkan, kesalahan-kesalahan dan perilaku isteri di masa lalu.
52. Janganlah anda menunggu-nunggu mukjizat, karena isteri anda adalah unik dengan karakternya dan janganlah anda memaksanya berubah sekehendak anda.
Terimalah dirinya apa adanya, tutuplah mata dari kelemahan kelemahannya dan bukalah mata dari kelebihan-kelebihannya. Insya Alloh isteri anda akan semakin mencintai anda. SEMOGA BERMANFAAT.....

Kamis, 15 Maret 2012

Kunci Surga Itu Bernama Kesetiaan

Pada suatu hari, Fathimah Radhiyallahu ‘anha (RA) bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, siapakah perempuan yang akan masuk surga pertama kali. Rasulullah menjawab, ”Seorang wanita yang bernama Mutiah.”

Tentu saja Fathimah terkejut. Ternyata bukan dirinya, seperti yang dibayangkannya. Mengapa orang lain, padahal dia adalah putri Nabi?

Timbullah keinginan untuk mengetahui siapakah Mutiah itu. Apa gerangan yang diperbuatnya sampai mendapat kehormatan yang begitu tinggi?

Sesudah meminta izin kepada suaminya, Ali bin Abi Thalib RA, Fathimah berangkat mencari rumah Mutiah. Putranya yang masih kecil, Hasan, menangis ingin ikut. Maka digandengnya Hasan.

Tiba di depan rumah yang dituju, Fathimah mengetuk pintu, “Assalaamu’alaikum…!”

“Wa’alaikumsalaam. Siapa di luar?” terdengar jawaban dari dalam rumah. Suaranya cerah dan merdu.

“Saya Fathimah, putri Rasulullah.”

“Alhamdulillah, alangkah bahagia saya hari ini. Fathimah sudi berkunjung ke gubug saya,” terdengar kembali jawaban dari dalam, terdengar lebih gembira, dan makin mendekat ke pintu.

“Sendirian Fathimah?” tanya Mutiah.

“Aku ditemani Hasan.”

“Aduh, maaf ya,” suara itu seperti menyesal. “Saya belum mendapat izin untuk menemui tamu laki-laki.”

“Tapi Hasan masih kecil.”

“Meski kecil, Hasan laki-laki. Besok saja datang lagi, saya akan minta izin kepada suami saya.”

Sambil menggeleng-nggelengkan kepala, Fathimah akhirnya minta permisi.

Besoknya ia datang lagi. Kali ini Husain, adik Hasan, diajak juga. Bertiga dengan anak-anak yang masih kecil itu, Fathimah mendatangi rumah Mutiah.

Setelah memberi salam dan dijawab gembira, Mutiah bertanya dari dalam, “Jadi dengan Hasan? Suami saya sudah memberi izin.”

“Ya, dengan Hasan dan Husain.”

“Ha! Mengapa tidak bilang dari kemarin? Yang dapat izin cuma Hasan, Husain belum. Terpaksa saya tidak bisa menerima juga.”

Lagi-lagi Fathimah gagal bertemu.

Esok harinya barulah mereka disambut baik-baik oleh Mutiah. Keadaan rumah itu sangat sederhana. Tidak ada satu pun perabot mewah, namun semuanya teratur rapi.

Ada tempat tidur yang terbuat dari kayu kasar namun tampak bersih. Alasnya putih, agaknya baru dicuci. Bau di dalam sangat segar. Membuat orang betah tinggal berlama-lama.

Fathimah kagum melihat suasana yang sangat menyenangkan itu. Hasan dan Husain pun yang biasanya kurang begitu senang berada di rumah orang, kali ini tampak asyik bermain-main.

“Maaf, saya tidak bisa menemani Fathimah duduk, sebab saya sedang menyiapkan makan buat suami saya,“ kata Muthiah sambil sibuk di dapur.

Mendekati tengah hari, masakan itu sudah rampung. Mutiah menatanya di atas nampan. Juga, menaruh cambuk.

Fathimah bertanya, ”Suamimu kerja di mana?”

“Di ladang.”

“Penggembala?”

“Bukan. Bercocok tanam.”

“Tapi mengapa kau bawakan cambuk, untuk apa?”

“Oh, itu,” Mutiah tersenyum. “Cambuk itu saya sediakan untuk keperluan lain.”

Fathimah penasaran.

“Maksud saya begini. Kalau suami saya sedang makan, maka akan saya tanyakan apakah cocok atau tidak. Kalau dia bilang cocok, tak akan terjadi apa-apa. Tetapi kalau bilang tidak cocok, cambuk itu akan saya berikan kepadanya agar punggung saya dicambuk sebab tidak bisa menyenangkan hati suami.”

“Atas kehendak suamimukah kau bawa cambuk itu?”

“Oh, sama sekali tidak. Suami saya adalah orang yang lembut dan pengasih. Ini semua semata-mata kehendak saya agar jangan sampai saya menjadi istri yang durhaka kepada suami.”

Usai mendengar penjelasan ini, Fathimah minta permisi. Dalam hati ia berkata, pantas ia akan masuk surga buat pertama kali. Baktinya kepada suami begitu besar dan tulus.

Kesetiaan yang Bersejarah

Bukan berarti Fathimah tidak termasuk tipikal wanita yang setia terhadap suaminya. Kesetiaan dan ketaatan buah hati Rasulullah ini kepada suami tidak diragukan lagi. Kehidupan rumah tangganya serba kekurangan, nemun kesetiaannya yang didasari keimanan dan perjuangan syiar Islam tidak luntur walau sedebu. Darah kesetiaan nampaknya mengalir deras dari ibundanya, Khadijah RA, Muslimah pertama yang mempelopori kecintaan dan kesetiaan kepada suami.

Mari kita kenang kembali peristiwa yang sungguh mendebarkan jantung Rasulullah Shalallaahu 'Alaihi Wasallam (صلى الله عليه و سلم). Peristiwa itu ialah penerimaan wahyu yang pertama di Gua Hira.

Sekembalinya ke rumah, Nabi berkata kepada istrinya yang tercinta, “Aku merasa khawatir terhadap diriku.”

Saat itu Khadijah dengan segala kelembutannya berkata, “Wahai Kakanda, demi Allah, Tuhan tidak akan mengecewakanmu karena sesungguhnya Kakanda adalah orang yang selalu memupuk dan menjaga kekeluargaan, serta sanggup memikul tanggung jawab.

Kakanda dikenali sebagai penolong kaum yang sengsara, sebagai tuan rumah yang menyenangkan tamu, ringan tangan dalam memberi pertolongan, senantiasa berbicara benar dan setia kepada amanah,” tuturnya.

Apakah ada wanita lain yang dapat menyambut sedemikian baik peristiwa bersejarah yang berlaku di Gua Hira seperti yang dilakukan oleh Khadijah? Betapa besarnya kepercayaan (kesetiaan) dan kasih sayang seorang istri kepada suami yang dilandasi iman yang teguh. Sedikit pun Khadijah tidak berasa ragu-ragu di dalam hatinya.

Jika ada wanita yang berkurang kadar kesetiaannya karena alasan penghasilan dan kekayaan, maka Khadijah merupakan wanita kaya dan terkenal. Beliau wanita yang hidup mewah dengan hartanya sendiri. Namun semua itu dengan rela dikorbankannya untuk memudahkan tugas-tugas suaminya. Baginya, apa yang dimiliki tidak lebih mulia daripada mendukung misi suci yang diemban suaminya. Sikap inilah yang menjadi sumber kekuatan rumah tangga Rasulullah sepanjang kehidupan mereka bersama.

Khadijah begitu setia menyertai Nabi dalam setiap peristiwa suka dan duka. Setiap kali suaminya ke Gua Hira, beliau pasti menyiapkan segenap perbekalan dan keperluan. Seandainya Rasulullah agak lama tidak pulang, Khadijah akan mengunjungi untuk memastikan keselamatan suaminya tercinta.

Ketika Rasulullah khusyu’ bermunajat, Khadijah tinggal di rumah dengan sabar sehingga suaminya pulang. Apabila Nabi mengadu kesusahan serta berada dalam keadaan gelisah, istri teladan ini mencoba sedapat mungkin menenteramkan dan menghiburnya sehingga suaminya benar-benar merasakan ketenangan.

Setiap ancaman dan penganiayaan dihadapi bersama. Malah dalam banyak kegiatan peribadatan Rasulullah, Khadijah pasti bersama dan membantu, misalnya menyediakan air untuk mengambil wudhu.

Kecintaan dan kesetiaan itu bukan sekadar kepada suami, namun jelas berlandaskan keyakinan yang kuat tentang keesaan Allah. Segala pengorbanan untuk suaminya adalah ikhlas untuk mencari keridhaan Allah.

Allah Maha Adil dalam memberi rahmat-Nya. Setiap amalan yang dilaksanakan makhluk-Nya dengan penuh keikhlasan, pasti mendapat ganjaran yang berkekalan.

مَنْ عَمِلَ صَالِحاً مِّن ذَكَرٍ أَوْ أُنثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُم بِأَحْسَنِ مَا كَانُواْ يَعْمَلُونَ

Allah berfirman, “Barangsiapa yang mengerjakan amal shalih, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami berikan balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (An-Nahl: 97).

Janji Allah itu pasti benar. Wujud kesetiaan yang telah ditunjukkan oleh Mutiah, Fathimah, dan juga Khadijah bukan sekadar menghasilkan kekuatan yang mendorong kegigihan dan perjuangan suaminya, namun juga membawa barakah yang besar kepada rumah tangga mereka. Anak-anak yang lahir dari wanita-anita seperti ini adalah anak-anak yang shalih yang mendorong para orangtua menuju surga.

Kalaulah di zaman sekarang ini ada anggapan bahwa kesetiaan di atas merupakan lambang perbudakan pria kepada wanita, jelas itu tidak benar. Justru sebaliknya, itu merupakan cermin cinta, ketulusan, dan pengorbanan kaum wanita yang harus dihargai dengan perilaku yang sama dalam rangka mencari ridha-Nya.

Merintis Jembatan Kebahagiaan Dunia dan Akhirat

Buku "Merintis Jembatan Kebahagiaan Dunia dan Akhirat" yang ditulis oleh bapak Soewarno Hasan Basri, Seorang Staff pengajar di fakultas Kehutanan UGM, menyajikan suatu pemahaman bagi setiap orang yang beriman kepada Allah Ta'ala dan hari akhir. Pelajaran yang sangat baik untuk direnungkan ialah bahwa manusia tidak mempunyai sedikitpun untuk membedakan dirinya atau golongannya satu di atas yang lain; apalagi melebihkan diri karena derajat kehormatan, kekuasaan, keturunan dan harta. Hanya golongan manusia bermuka setanlah yang melakukan perbuatan seperti itu. Pada Bagian 1 diuraikan tentang Jiwa Yang Tenang. Sebagian orang sering mengalami kegelisahan yang berakhir dengan keputus-asaan. Agama Islam mengajarkan bahwa Allah Ta'ala yang disembah oleh semua makhluk di bumi maupun di langit sangat bijaksana dan mengasihi ciptaanNya yang senantiasa taat pada perintahNya dan meninggalkan laranganNya. Bab 2, Sesal Dahulu Pendapatan, menguraikan tentang peringatan Allah Ta'ala, bahwa "Dan hanya kepunyaan Allahlah kerajaan langit dan bumi. Dan pada hari terjadinya kebangkitan (kiamat), akan rugilah pada hari itu orang-orang yang mengerjakan kebathilan (QS Al Jatsiyah, ayat 27). Kemudian Rasulullah SAW mengajarkan bahwa "Kuburan adalah awal kehidupan akhirat. Jika seseorang selamat dari padanya, maka setelahnya menjadi lebih mudah. Dan jika tidak selamat dari padanya, maka setelahnya lebih mengerikan (Al Hadits). Salah satu kiatnya menjaga kebathilan dan melaksanakan amal shaleh menjadi bagian dari kebiasaan baik. Bab 3, Menggapai Iman dan Taqwa yang menjelaskan bahwa kesulitan utama manusia dalam mengatasi kehidupan dunia ini adalah nafsu atau dorongan untuk berbuat munkar. Suatu perbuatan yang timbul dikarenakan kekosongan jiwa yang melanda hatinya. Hati adalah pusat dan landasan dasar seorang mukmin. Jadi hati harus selalu dalam keadaan khusyuk. Bab 4, Al Qur'an Cahaya Kegelapan menguraikan tentang firman Allah Ta'ala (QS At Thoha, ayat 50) bahwa: "Musa menjawab: Tuhan kami ialah Allah yang telah memberikan kepada tiap-tiap sesuatu bentuk kejadiannya, kemudian memberinya petunjuk". Kemudian Allah berfirman:"Dan Kami tidak akan mengazab sebelum Kami mengutus seorang Rasul". Rasulullah SAW bersabda:"Barangsiapa membaca Al Qur'an lalu mengamatinya dan mengamalkan yang halal dan mengharamkan yang haram, Allah akan memasukkan ke dalam surga dan Allah menolongnya sampai kepada 10 orang keluarganya yang wajib masuk neraka. Bab 5, Hidup Bermasyarakat, menjelaskan kedudukan pribadi yang hidup bermasyarakat perlu memiliki kesadaran bahwa setiap perbuatan, perilaku dan amal kebajikan yang dilaksanakan dapatlah kiranya menjadi contoh yang baik bagi orang lain. Hidup di dunia ini ternyata tidak sendirian, tidak semua orang dalam kondisi yang sama, maka manusia diajarkan untuk saling tolong menolong terutama dalam hal kebaikan. Bab 6, Hidup Bertetangga, bagian ini menyajikan keterangan bahwa hak dan kewajiban dalam hidup bertetangga pada dasarnya merupakan etiket hubungan sesama dalam banyak hal kehidupan, baik bersifat pribadi maupun secara gotong royong yang dilakukan oleh orang banyak. Rasulullah SAW bersabda:"Dua orang yang tidak dilihat Allah di hari kiamat, ialah orang yang memutuskan persaudaraan dan orang yang jahat dengan tetangganya" (Al Hadits). Bab 7, Hidup Berkeluarga, dalam hal ini Rasulullah SAW bersabda:"Barangsiapa kawin (beristri) maka dia telah melindungi (menguasai) separuh agamanya, karena itu hendaklah dia bertaqwa kepada Allah dalam memelihara yang separuhnya lagi" (Al Hadits). Kemudian Allah Ta'ala mengingatkan dengan firmanNya: "Hak istri yang patut diterima dari suaminya, seimbang dengan kewajibannya terhadap suaminya denga baik". Bab 8, Pribadi Mukmin Yang Baik, mengisyaratkan bahwa tubuh atau raga atau badan kita adalah bagaikan sebuah kendaraan yang sedang mengangkut roh kita masing-masing.
Apabila badan kita rusak karena kesalahan manajemen yang kita lakukan, maka roh kita akan menderita. Al Ghazali menyatakan bahwa janganlah menjadi manusia yang bodoh yaitu orang yang tidak waras akalnya. Bagaimana mungkin seseorang mengharap rahmat Allah Ta'ala sedangkan dia tidak beriman, walaupun beriman tetapi tidak beramal shaleh, atau sudah beramal shaleh tetapi tidak meninggalkan perbuatan maksiat. Puncak dari segala amal perbuatan yang baik ialah keteladanan Rasulullah SAW, dengan kesaksian Allah (QS Al Ahzab, ayat 21). Agama Islam mengajarkan: "Kebahagiaan yang paling bahagia ialah panjang umur dalam ketaatan kepada Allah Ta'ala". Kemudian: "Barangsiapa mengucapkan Laa illaaha illal-laah dengan ikhlas, masuk surga". Para sahabat bertanya "Apa keikhlasannya?".Nabi Muhammad SAW menjawab:"Memagari dari segala yang diharamkan Allah". Bab 9, Meraih Kebahagiaan Dunia, menguraikan bahwa kebahagiaan hidup di dunia dapat diraih apabila manusia menyadari bahwa dirinya tergantung pada orang lain. Agama Islam mengajarkan untuk saling tolong menolong dengan saling meminta dan supaya menyambung tali silaturahim. Imam Al Ghazali mengajarkan kepada para penuntut ilmu, bahwa pada diri manusia ada kesungguhan dan rasa haus kepada ilmu. Aturlah niat, jangan sampai dalam menuntut ilmu bertujuan akan menonjolkan keangkuhan di sisi teman, memikat perhatian orang lain kepada dirinya dan mengumpulkan kekayaan duniawi; sebab yang demikian itu berarti meruntuhkan agama, menjatuhkan harga diri dan menjual pahala akhirat yang abadi dengan kehidupan dunia yang fana. Jika tujuannya seperti itu, niscaya usahanya akan pailit dan engkau akan merugi. Rasulullah SAW bersabda:"Barangsiapa merintis jalan mencari ilmu maka Allah akan memudahkan baginya jalan ke surga" (Al Hadits). Bab 10, Meraih Kebahagiaan Akhirat, menguraikan tentang peringatan bagi seorang muslim yang mukmin senantiasa harus mengingat Sabda Rasulullah SAW, bahwa "Ada tiga macam sifat yang dapat membawa kehancuran, yaitu memperbesar kebakhilan, menuruti hawa nafsu dan membanggakan diri atau menyombongkan diri" (Al Hadits). Kemudian Al Ghazali menjelaskan bahwa sifat-sifat tercela di dalam hati manusia banyak macam ragamnya. Pada umumnya manusia merasa tidak berdaya untuk merubah keadaan hatinya. Namun, agama Islam adalah agama yang menyelamatkan umat pengikutnya. Rasulullah mengajarkan dengan sabdanya:"Andaikan seorang anak Adam telah memiliki harta benda sebanyak satu lembah, pasti ia akan berusaha lagi memiliki dua lembah. Dan andaikata telah memiliki dua lembah, pasti akan berusaha memiliki tiga lembah. memang tidak ada sesuatu yang dapat memenuhi keinginan anak Adam melainkan tanah (tempat kubur yakni mati). Dan Allah akan memberi atau menerima taubat bagi mereka yang bertaubat" (Al Hadits). Semoga resume dari buku tulisan beliau bpk Soewarno Hasan Basri dapat selalu mengingatkan dan menyadarkan diri kita semua, Semoga bermanfaat.... Amin...

Selasa, 13 Maret 2012

Sesungguhnya Hidup seseorang hanya untuk Ibadah

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ﴿٥٦﴾

“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” (QS. Adz Dzariyaat: 56)

Saudaraku,

Hadirnya kita di dunia ini adalah untuk menyembah Allah SWT. Betapa lemahnya kita sebagai seorang hamba. Jantung, paru-paru, hati, peredaran darah, usus, lambung dan segala organ dalam tubuh kita sendiri kita tak punya kuasa untuk mengaturnya. Semuanya bekerja berdasarkan perintah dari yang menciptakannya. Betapa bergantungnya kita kepada Allah SWT, dan sepantasnyalah kita tiada pernah sombong walau sedetikpun. Umur kita sampai saat ini juga merupakan kemurahan pemberian Allah SWT

Saudaraku,

Kenapa belum juga tergerak hati kita untuk kembali kepada Allah SWT. Memantapkan azzam kita menjadi hamba pengabdi, yang selalu memberikan amal terbaik kepada Sang Pencipta. Semua energy yang kita miliki, hendaknya dipergunakan sebanyak-banyaknya untuk kemaslahatan perjalanan kita menuju ridha-Nya. Ketahuilah, perjalanan kita tak selamanya mulus. Selalu ada riak-riak yang menyebabkan perjalanan tersendat. Maka siapkan bekal sebanyak-banyaknya untuk hilangkan kepenatan dan kelelahan. Seorang hamba tiada pernah beristirahat mempersiapkan bekalnya, sebelum perjalanan yang panjang harus berakhir. Sungguh merugi mereka yang mengisi hari tanpa beramal. Melewati hari tanpa ibadah. Bukankah perjalanan kita pasti akan berakhir? Maka bagaimana mungkin dalam perjalanan selanjutnya kita tak mempersiapkan bekal?

Ingat sahabat, kita bukan hewan dan tumbuhan, yang kehadirannya hanya di dunia ini saja. Maka wajar kalau kerjaan mereka hanya makan, tidur dan berkembangbiak. Mereka tidak mempertanggungjawabkan apa yang mereka lakukan di dunia ini. Sementara kita diberikan akal pikiran untuk mencapai kesempurnaan pengabdian. Betapa banyak kita temui mereka yang menjalani aktivitas kehidupan tak ubahnya aktivitas yang dilakukan binatang. Makan, minum, berkembangbiak. Roda kehidupannya senantiasa berputar di kisaran aktivitas itu. Tanpa aktivitas lain. Tanpa ibadah, tanpa amal, tanpa baca Qur’an, tanpa shalat, tanpa amal sosial dan tanpa aktivitas mengabdikan diri pada Tuhannya.

Sungguh menyedihkan, hidup yang singkat ini diisi dengan tidur-tiduran. Diisi dengan aktivitas keduniaan tanpa menyisakan sedikit pun aktivitas menjemput pundi amal untuk dibawa ke negeri akhirat. Bukankah akhirat itu kekal, tiada berakhir? Surga terlalu sayang dilewatkan dengan mengisi hidup tanpa amal. Maka selagi nafas masih di kerongkongan, mari beramal dengan penuh kesungguhan. Ada begitu banyak peluang amal yang Allah sediakan setiap harinya, yang sayang sekali untuk dilewatkan. Jangan jadi orang yang miskin di akhirat nanti karena ketiadaan bekal amal yang dibawa. Jangan sampai kita jadi orang yang menderita di dunia dan terlempar ke neraka.

Jadilah pribadi bahagia di dunia, sentosa di surga. Lenyapkan segera riak-riak kemalasan. Lempar jauh-jauh kelalaian. Mari genggam surga dengan cinta pada sang Pencipta. Rengkuh keridhaanNya dengan amal terbaik yang mampu kita persembahkan. Setiap perputaran waktu adalah masa dimana memutarkan amal-amal terbaik yang sanggup kita kerjakan. Sudah saatnya kita kembali ke jalur penciptaan yang sesungguhnya. Cukuplah dosa yang kita lakukan di masa lalu, sebagai kenangan kekonyolan kita sebagai seorang hamba. Kita perbaiki dan tutupi lubang-lubang aibnya dengan amal terbaik kita. Mari bersama buat sejarah kehidupan yang dipenuhi dengan amal unggulan. Sejarah kehidupan yang dipenuhi dengan amal kebaikan kepada siapa pun. Setiap kita pasti ditanya tentang apa yang kita dilakukan di dunia. Maka selagi ada waktu dan nafas masih di tenggorokan tak ada waktu terlambat untuk kembali berlayar, mengudara, menempuh perjalanan untuk menjemput pundi-pundi pahala yang Allah sediakan. Setiap kita istimewa, maka jadilah pribadi istimewa di hadapan manusia, terlebih di hadapan sang Pencipta.