Blog lainnya

Translate

Jumat, 25 Desember 2015

KUNCI NYA ADA DI HATI

MULUT bisa berkata dusta, LIDAH bisa mengutuk, KALIMAT bisa mengecoh, SENYUMAN bisa palsu, TINDAKAN bisa menipu, PIKIRAN bisa menjebak, JARI bisa kotor. MATA bisa menaklukkan. Manusia memang ahli dlm perannya masing2 utk menjadikan dirinya 'super baik atau super jahat' atas cerita hidupnya, namun semuanya adalah kembali pada HATInya. Untuk alasan apa manusia melakoninya, hanya HATI juga yg paling mengerti dan memahaminya. Bila kita mengetahuinya pun hanya bisa mengingatkan selanjutnya adalah menjadi pilihan masing². Kita tak bisa menghentikan hujan atau menutup terik matahari dgn awan, tapi kita bisa menggunakan payung..! Kita tak bisa merubah arah angin, namun kita dapat menyetir layar perahu...! Kita tak mungkin mencabut semua duri2 di sepanjang jalan, namun kita bisa mengenakan alas kaki yg kuat dan tebal...! Kita tak bisa menutup mulut semua orang, namun kita bisa belajar tuli & diam...!! Kita tdk perlu susah² merubah keadaan & tak perlu buang2 waktu merubah orang lain, namun yg perlu kita ubah adalah HATI kita...! Kalau HATI berubah, keadaan akan berubah, Kalau HATI menjadi baik, UCAPAN & PERILAKU akan menjadi baik.Tak perlu mendesak orang menjadi baik, yg penting buatlah diri kita menjadi baik terlebih dahulu, maka orang di sekitar kita akan melihat & membawa dampak besar mrk juga akan MENJADI BAIK. "SEGALA SESUATU AKAN MENJADI BAIK, BILA DIAWALI DARI HATI KITA YG BAIK, DAN PUNYA KOMITMEN UTK HIDUP LEBIH BAIK TIAP HARINYA."

Kamis, 24 Desember 2015

ORANG BAIK

MENGAPA ORG BAIK SERING TERSAKITI ? Krn.., org baik selalu mendahulukan org lain, dlm ruang kebahagiaannya, ia tak menyediakan utk dirinya sendiri, kecuali hanya sedikit. MENGAPA ORG BAIK KERAP TERTIPU ? Krn.., org baik selalu memandang org lain tulus spt dirinya, ia tak menyisakan sedikitpun prasangka bhw org yg ia pandang penyayang mampu mengkhianatinya. MENGAPA ORG BAIK ACAP DINISTA ? Krn.., org baik tak pernah mau membalas, ia hanya menerima, meski bukan dia yg memulai perkara. MENGAPA ORG BAIK SERING MENETESKAN AIR MATA ? Krn.., org baik tak ingin membagi kesedihannya, ia terbiasa mengobati sendiri lukanya & percaya bhw suatu masa, Yg Maha Kuasa akan mengganti kesabarannya. NAMUN ORG BAIK TAK PERNAH MEMBENCI YG MELUKAINYA. Krn.., org baik selalu memandang bhw di atas semua, Yg Maha Kuasa lah hakikatnya. Jk org tsb digiring, bgmn ia akan mendebat kehendak-Nya. ~ Itu sebabnya org baik tak memiliki almari dendam dlm kalbunya, jk kau buka laci" di hatinya, akan kau temukan hanya Cinta-Kasih yg dimilikinya... "Anda pasti salah satu dr ORG YG BAIK itu" Smg bermanfa'at....

Rabu, 23 Desember 2015

HATI SELUAS SAMUDERA

Coba Anda masukkan sebuah kerikil ke dalam gelas yang berisi air. Apa yang akan terjadi? Mungkin Anda melihat ada gejolak air di sana. Atau sebagian dari air dalam gelas tadi akan tumpah. Sekarang coba lemparkan batu yang sama ke dalam danau. Besar kemungkinan tidak ada riak lagi yang kelihatan. Batu akan dengan cepat menghilang ke dasar danau. Bahkan jika batu yang lebih besar dijatuhkan, mungkin ada riak sebentar dan setelah itu tenang kembali. Air di dalam gelas atau di sebuah danau ibarat hati manusia. Sedangkan batu yang dijatuhkan ibarat semua persoalan yang dihadapinya. Jika wadahnya kecil maka persoalan kecil sekalipun menjadi berat, banyak guncangan di dalamnya. Sedangkan jika wadahnya semakin luas dan dalam, maka persoalan yang berat sekalipun bisa dijalani dengan ringan. Karena itu wahai Saudaraku, mari perluas wadah kita. Tak cukup hanya seluas danau, kalau perlu seluas samudera. Lihatlah permukaannya yang tenang meskipun di dalamnya dia menyimpan segala rahasia. Persoalan yang kita hadapi telah ditentukan kadarnya oleh Allah Ta’ala. Tinggal wadah hati kitalah yang akan menentukan apakah persoalan tadi menjadi terasa berat atau bisa dijalani dengan ringan. Kita menjadi berprasangka buruk karena merasa persoalan selalu datang menimpa, sedangkan orang lain hidupnya tenang-tenang saja. Karenanya jangan heran jika engkau terus menerus merasa berat dengan segala persoalan, mungkin wadahnya perlu diperluas, sekaligus diperkokoh. Jadikan hatimu seluas samudera. Apapun yang datang akan diterima dan ditenggelamkannya dengan tenang. Dengan demikian, persoalan apapun yang hadir bisa dihadapi dengan sebuah senyuman, seperti menyambut tamu yang dinantikan kedatangannya. Dan Allah Maha Mengetahui.

Minggu, 06 Desember 2015

Paku Kemarahan

Paku Kemarahan Saudara sekalian, kisah inspiratif kepemimpinan kali ini mengajak kita untuk merenungkan betapa kata-kata yang kita ucapkan, sungguh memiliki makna yang dalam bagi orang lain. Untuk itu kita mengangkat cerita tentang paku yang meninggalkan bekas. Seorang anak bertanya kepada bapaknya, “Pak, apakah arti marah itu?” Maka sang bapak dengan bijaksana mengatakan kepada anaknya, “Baik sekarang kamu ambil sebuah palu dan beberapa paku dan mari kita pergi ke belakang rumah.” Dan mereka berdua pergi ke halaman belakang rumah mereka yang pagarnya terbuat dari kayu. Bapak ini mengatakan kepada anaknya, “Mulai hari ini setiap kamu marah, tolong kamu tancapkan satu paku dengan menggunakan palu yang ada ini.” “Loh apakah itu marah, pak?” “Ya coba kamu lakukan dulu setiap hari, setiap hari, nanti setelah beberapa hari kita akan ketemu kembali untuk melihat apakah arti marah itu yang sebenarnya.” Bagi si anak ini suatu pekerjaan yang menantang sekaligus juga merasa berbahagia dengan mendapat tugas yang begitu mudah ini. Maka setiap pulang sekolah, begitu dia marah, di sekolah dia ingat, dia langsung pergi ke belakang halaman rumahnya dan dia mulai menancapkan paku tersebut. Setiap dia marah dengan adiknya, dia tancapkan paku itu. Setiap dia marah dengan orang tuanya, dengan ibunya atau dengan ayahnya, dia tancapkan paku tersebut. Minggu lepas minggu dan sampai kepada akhir bulan, dia kembali bertanya kepada bapaknya. “Pak, saya sudah menancapkan kurang lebih 40 paku disini. Tapi bapak belum menjelaskan apakah arti marah tersebut. Apakah marah itu berarti saya menancapkan paku? Atau bagaimana?” Sang bapak tidak menjawab. Dan dia mengatakan kepada anaknya, “Baik. Sekarang setiap kamu bisa menyelesaikan amarahmu, menyelesaikan konflikmu dengan orang lain, yang sempat membuat dirimu marah atau membuat dia marah, kamu cabut paku tersebut.” “Hanya itu, pak?” “Ya. Hanya itu. Nanti kita akan ketemu lagi.” Bagi si anak, ini suatu pekerjaan yang tidak sulit. Maka semua orang yang pernah ribut dengan dia dalam marah, dia mulai minta maaf dan mereka mulai berteman kembali. Setiap dia bisa menyelesaikan masalahnya dengan orang lain, dia cabut paku yang menancap. Setiap dia menyelesaikan masalahnya, dia cabut paku yang menancap tersebut. Tidak sampai satu bulan, Saudaraku, paku-paku tersebut sudah habis semua dicabut, yang berarti bahwa anak ini sudah bisa menyelesaikan masalahnya. Kemudian dia datang kepada bapaknya. “Mari, pak. Coba kita lihat di pagar kayu yang di belakang itu, semua paku sudah tercabut.” Dan bapaknya dengan tersenyum mengatakan kepada si anak, “Baik, kita akan lihat.” Dan mereka melihat prestasi si anak tersebut yang sudah menancapkan 40 paku dalam waktu hampir satu bulan dan mencabutinya kurang lebih dua minggu. Dan si anak bertanya. “Saya sudah melakukan semua ini, pak, hampir dua bulan, tapi bapak belum menjelaskan apa arti marah.” Maka dengan tersenyum bapak ini mengatakan kepada anaknya, “Begitu kamu marah kepada orang lain, itu ibarat kamu menancapkan paku ini ke dalam hatinya. Dan begitu kamu menyelesaikan konflik dan marahmu dengan orang itu, maka itu ibarat kita mencabut kembali paku tersebut dari dalam dirinya, sebagai tanda bahwa permasalahan kita sudah selesai. Namun coba perhatikan, anakku. Paku sudah ditancapkan, paku sudah dicabut, apa yang tinggal?” Si anak itu dengan tertegun sambil berucap, “Bekasnya.” Maka sang bapak mengatakan, “Begitulah kalau kita marah. Kita bisa marah kepada orang dan dalam sekejap kita juga bisa meminta maaf. Kita bisa memeluk dia. Bahkan mungkin kita bisa memberikan sesuatu sebagai tanda permohonan maaf. Tapi bekas yang sudah kita buat akan sulit sekali lekat. Itulah arti marah yang sesungguhnya.” Saudara sekalian, menjadi pemimpin bukan berarti tidak boleh marah. Menjadi pemimpin, kita boleh menegur, kita boleh marah kepada orang yang dipimpin. Namun marah dan menegur orang yang dipimpin, mencerminkan kematangan perilaku, kematangan emosi yang dimiliki oleh seorang pemimpin. Itu sebabnya beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika seorang pemimpin marah. Ketika dia marah jangan menegur atau memarahi pribadi orang tersebut tapi koreksilah pekerjaannya dan apa yang dikerjakannya. Ketika seorang pemimpin marah dan menegur orang lain, lakukanlah itu di bawah empat mata. Artinya tidak dilakukan di depan umum. Ketika seorang pemimpin menegur orang lain, lakukanlah itu segera setelah dia melakukan kesalahan. Dan ketika seorang menegur atau memarahi orang lain, jangan mengungkit-ungkit kembali. Apa yang kita ucapkan akan memiliki bekas yang baik atau bekas yang buruk. Dan bekas yang buruk ini akan memberikan trauma bagi seseorang. Jadi, setiap ucapan yang kita lontarkan, sebaiknya kita pertimbangkan. Karena ini menyangkut bagaimana perasaan orang lain terhadap kita. Jadilah pemimpin yang bijak, yang memikirkan apa yang akan diucapkan, yang mempertimbangkan apa yang akan dilakukan, akan memiliki bekas yang baik kepada pengikutnya.