Blog lainnya

Translate

Kamis, 13 Juni 2013

Kenapa Malaikat Mika'il Tidak Pernah Tertawa ?

Dari Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu dari Rasulullah Shallallâhu ‘alaihi wa sallam bahwasanya malaikat Jibril berkata, ما لي لا أرى ميكائيل ضاحكاً قط ؟ ” قال : ما ضحك ميكائيل منذ خلقت النار “aku tidak pernah melihat Mikail tertawa sedikitpun, Mikail tidak pernah tertawa sejak diciptakan neraka”. [HR. Ahmad no, 12930, syaikh Al-Albani rujuk dari mendha’ifkan menjadi menshahihkannya di Shahih At-Targhib no. 3664] Faedah hadits : 1. Kedahsyatan dan kengerian neraka, karena Malaikat Mikail tidak pernah tertawa semenjak neraka diciptakan, beliau khawatir Allah murka terhadapnya dan menyiksanya dengan neraka. [Lihat: At-Taisir Syarah Al-Jami Ash-Shaghir] 2. Keutamaan Malaikat Mikail. 3. Neraka telah ada dan telah tercipta sebagaimana surga telah ada dan telah tercipta. [Lihat: Al-Istidzkar] 4. Malaikat Mikail telah tercipta sebelum neraka diciptakan. [Lihat: Faidhul Qadir] Wahai yang masih bergelimang kemaksiatan... ▬ Apakah engkau tidak takut dengan api neraka?? ▬▬ Apakah engkau lebih perkasa dari malaikat? Malaikat Mika'il yang begitu ta'at dan memiliki banyak keutamaan, dia takut jika Allah murka kepadanya dan menyiksanya... Via Mutiara Hadits Pilihan

Rabu, 12 Juni 2013

Kutipan Hikmah

AKU telah Dilamar oleh MALAIKAT MAUT. Aku akan MENIKAH dengan KEMATIAN. AKU akan BERCERAI dengan DUNIA yang ku KEJAR. MAHARKU adalah SEKARAT & sepersalinan KAI­­N PUTIH. PELAMINANKU diwangikan dengan GAHARU CENDANA. Aku akan DIARAK dengan laungan ADZAN. BerAKADkan TALAKIN, BerWALI kan LIANG LAHAD, berSAKSIkan NISAN. Pada Malam Pertamaku, aku akan DISERIKAN dengan persoalan MUNGKAR & NANGKIR Pernikahan ini pasti TERJADI pada setiap yang BERNYAWA. REKENUNGKANLAH SAUDARA KU, selalu ingatlah akan kematian. Dari Sahabat untuk Sahabat.

Tak usah membalas kebencian orang

✽ Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh✽ Tak usah membalas kebencian orang yang tak suka terhadap kita walau kita sangat ingin.. Karena sesungguhnya tanpa kita sadari dia adalah “PEMINAT” kita yang setia menghabiskan waktu untuk mencari kesalahan kita.. Lebih dari itu,melalui dia kita belajar kuat setiap hari.. Apapun yang kita alami,jangan biarkan mengusik kebahagiaan kita.. Sisakan senyum walau pahit.. Mereka ingin berbahagia dengan caranya,kita pun berhak untuk bahagia dengan cara yang lebih santun.. Ya Allah jadikan kami pribadi yang sabar dan tetap tersenyum bahagia..Amiin.....

Senin, 10 Juni 2013

☆ LIMA KENIKMATAN TERBESAR YANG AKAN DIMINTAI PERTANGGUNGJAWABANNYA ☆

♥BismillaahiRRahmaaniRRahiim♥ ❥ Rasulullah Shallallahu’alaihi Wa sallam Bersabda : لاَ تَزُولُ قَدَمَا ابْنِ آدَمَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ عِنْدِ رَبِّهِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ خَمْسٍ عَنْ عُمْرِهِ فِيمَا أَفْنَاهُ وَعَنْ شَبَابِهِ فِيمَا أَبْلاَهُ وَمَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَه وَفِيمَ أَنْفَقَهُ وَمَاذَا عَمِلَ فِيمَا عَلِمَ ❥ Tidak akan bergerak dua kaki seorang hamba pada hari kiamat dari hadapan RABB nya sampai ia ditanya tentang LIMA perkara : ❥ Tentang UMUR nya pada apa ia habiskan..?? ❥ Tentang MASA MUDA nya pada apa ia pergunakan..?? ❥ Tentang HARTA nya dari mana ia dapatkan..?? ❥ Dan KEMANA ia belanjakan..?? ❥ Dan tentang ILMU yang ia ketahui apa yang telah ia Amal kan..?? ❥ (HR. At-Tirmidzi dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu’anhu,Ash-Shahihah: 946 ).. ♥Semoga BERMANFAAT,Aamiin♥

Mutiara Hikmah Surat al-Fatihah.

Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya Kami menurunkan kepadamu al-Kitab dengan membawa kebenaran. Maka beribadahlah kepada Allah dengan mengikhlaskan agama untuk-Nya. Ketahuilah, hak Allah untuk menerima agama/ketaatan yang murni.” (QS. az-Zumar: 2-3) Diantara ribuan ayat al-Qur’an, terdapat sebuah surat yang sudah sangat dikenal dan dihafal oleh umat Islam. Di dalamnya terkandung rahasia-rahasia ilmu al-Qur’an. Inilah bukti kasih sayang Allah kepada hamba-hamba-Nya. Tatkala Allah jadikan surat ini dengan mudahnya dikenal oleh umat manusia. Agar mereka mau merenungi kandungan makna-maknanya. Imam Ibnu Abil ‘Izz al-Hanafi rahimahullah berkata, “Sesungguhnya suatu ilmu yang kebutuhan umat manusia terhadapnya semakin besar maka konsekuensinya adalah dalil-dalil yang menunjukkan kepadanya juga semakin jelas, sebagai bentuk kasih sayang Allah kepada makhluk-Nya.” (lihat Syarh al-’Aqidah ath-Thahawiyah, hal. 86) Apabila dicermati dengan baik, kita akan mengetahui bahwa surat al-Fatihah memiliki sekian banyak faidah (pelajaran) yang sangat penting dan mendasar bagi setiap muslim dan muslimah. Di dalamnya ditanamkan prinsip-prinsip pokok ajaran Islam dan kunci-kunci kebaikan. Prinsip-prinsip yang merupakan pondasi tegaknya penghambaan kepada Allah Rabb seru sekalian alam. Prinsip-prinsip yang mengokohan keyakinan di dalam hati seorang mukmin tentang luasnya kasih sayang Allah dan keadilan-Nya. Prinsip-prinsip yang mengarahkan hidupnya menuju pribadi yang bertakwa. Pribadi yang menjadikan dunia sebagai sarana dan akhirat sebagai tujuan hidupnya. Pribadi yang senantiasa menyimpan rasa cinta, harap, dan takut kepada Rabbnya. Prinsip-prinsip inilah yang membuatnya senantiasa bergantung kepada Allah dan mempersembahkan ibadah kepada-Nya semata. Prinsip-prinsip yang memandu hati, pikiran, ucapan, dan tingkah lakunya demi menggapai kebahagiaan hidup yang sesungguhnya. Kebahagiaan berada di tangan-Nya, maka tidak bisa diraih kecuali dengan taat kepada-Nya. Dia lah al-Malik, Sang Maha Raja dan al-Maalik, Sang Maha Kuasa. Dia lah yang akan memberikan balasan kebaikan berlipat ganda kepada hamba yang taat kepada-Nya. Dia pula yang akan memberikan hukuman setimpal kepada hamba yang durhaka. Maka bagaimana mungkin seorang hamba yang lemah dan tidak mengerti segala kemaslahatan hidupnya bisa selamat kalau bukan dengan taufik dan bimbingan dari-Nya. Sehingga petunjuk Allah adalah energi bagi setiap desah nafas dan detak jantungnya. Tidak ada kehidupan baginya kecuali dengan tunduk dan mencintai Sang Pencipta dirinya. Dan itu tak bisa dilakukannya kecuali dengan bimbingan utusan-Nya guna menjalani setiap jengkal kehidupan yang dilaluinya. Jalan lurus yang telah dihamparkan oleh Allah dan dilalui oleh para pendahulu dalam kebaikan. Inilah jalan yang harus dipilih untuk menggapai keselamatan dan kebahagiaan yang diidam-idamkan. Di atas jalan ini dia harus mematuhi rambu-rambu yang mengatur lalu-lintas kehidupan. Rambu-rambu yang memberitahukan kepadanya kapan dia harus diam, kapan harus berbicara, dan kapan harus menggerakkan anggota badan dalam melaksanakan perintah Rabbnya. Rambu-rambu ini yang akan menuntunnya agar terhindar dari bahaya berupa kemurkaan Allah atau tersesat dari jalan-Nya. Faidah-faidah ini akan kita temukan dengan mengkaji kandungan surat al-Fatihah melalui lisan dan tulisan para ulama. Namun, itu semua hanya akan bisa diraih dengan hati yang jernih, pikiran yang tenang, memperhatikan keterangan-keterangan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Allah dalam firman-Nya (yang artinya), “Sesungguhnya di dalam hal itu terdapat pelajaran bagi orang yang memiliki hati (yang hidup), memasang pendengaran, dan hatinya hadir menyaksikan.” (QS. Qaaf: 37)... Semoga Bermanfaat utk kita semua... آمِيْنُ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْن

Jumat, 07 Juni 2013

Maut merupakan ketetapan ALLAH.

Seandainya ada seseorang yang selamat dari maut, niscaya manusia yang paling mulia pun akan selamat. Namun maut merupakan Sunnah-ketetapan-NYA atas seluruh makhluk. ALLAH berfirman: إِنَّكَ مَيِّتٌ وَإِنَّهُم مَّيِّتُونَ "Sesungguhnya engkau (Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam) akan mati dan sesungguhnya mereka akan mati (pula)" [Az Zumar:30]. Kematian datang berulang-ulang, menjemput setiap orang, orang tua maupun anak-anak, orang kaya maupun orang miskin, orang kuat maupun orang lemah. Semuanya menghadapi kematian dengan sikap yang sama, tidak ada kemampuan menghindarinya, tidak ada kekuatan, tidak ada pertolongan dari orang lain, tidak ada penolakan, dan tidak ada penundaan. Semua itu mengisyaratkan, bahwa kematian datang dari Pemilik kekuatan yang paling tinggi. Tak seorang pun manusia memiliki wewenang atas kematian. Hanya di tangan ALLAH semata pemberian kehidupan. Dan hanya di tangan-NYA, mengambil kembali yang telah DIA berikan pada ajal yang telah digariskan. ALLAH Subhanahu wa Ta'ala berfirman: كُلُّ نَفْسٍ ذَآئِقَةُ الْمَوْتِ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلاَّ مَتَاعُ الْغُرُورِ "Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan". [Ali Imran:185]. Tidak ada manusia yang kekal di dunia ini. وَمَا جَعَلْنَا لِبَشَرٍ مِّن قَبْلِكَ الْخُلْدَ أَفَإِنْ مِّتَّ فَهُمُ الْخَالِدُونَ {34} كُلُّ نَفْسٍ ذَآئِقَةُ الْمَوْتِ وَنَبْلُوكُم بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ {35} "KAMI tidak menjadikan hidup abadi bagi seorang manusiapun sebelum kamu (Muhammad), maka jikalau kamu mati, apakah mereka akan kekal? Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. KAMI akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada KAMI-lah kamu dikembalikan" [Al Anbiya(34): 35]. ~Liang lahat tempatku kelak,berupaya mengingat kematian~

Bersemangatlah!

Bismillaah.. Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Bersemangatlah untuk meraih segala hal yang bermanfaat bagimu. Mintalah pertolongan Alloh dan jangan lemah. Apabila engkau tertimpa sesuatu (yang tidak menyenangkan) janganlah berkata, ‘Seandainya aku dulu berbuat begini niscaya akan menjadi begini dan begitu’ Akan tetapi katakanlah, ‘QaddarAllohu wa maa syaa’a fa’ala, Alloh telah mentakdirkan, terserah apa yang diputuskan-Nya’. Karena perkataan seandainya dapat membuka celah perbuatan syaitan.” (HR. Muslim) Imam Ibnu Qayyim rohimahulloh mengatakan, “Letak kebahagiaan manusia ialah pada semangatnya untuk meraih perkara yang bermanfaat bagi dirinya, baik untuk kehidupan dunia maupun akhiratnya. Mewujudkan semangat adalah dengan cara mengerahkan segenap kesungguhan dan mencurahkan segenap kemampuan. Apabila seseorang yang sangat bersemangat menggeluti perkara yang bermanfaat baginya maka semangatnya itu layak untuk dipuji. Seluruh potensi kesempurnaan diri akan terwujud dengan tergabungnya kedua perkara ini: ia memiliki semangat yang menyala-nyala dan semangatnya itu dicurahkan kepada sesuatu yang bermanfaat baginya…”

Senin, 03 Juni 2013

7 Golongan yang Mendapat Naungan Allah pada Hari Kiamat

“Ada Tujuh golongan yang mendapatkan naungan Allāh pada hari tiada naungan kecuali naungan dari-Nya: 1. Seorang pemimpin yang adil. 2. Pemuda yang tumbuh dalam ketaatan beribadah kepada Allāh. 3. Seorang lelaki yang hatinya bergantung di masjid. 4. Dua orang yang saling mencintai karena Allāh; mereka bertemu dan berpisah karena-Nya. 5. Seorang lelaki yang diajak [berbuat keji] oleh perempuan yang berkedudukan serta berparas cantik, lantas dia berkata: “Aku takut kepada Allah.” 6. Seorang lelaki yang bersedekah seraya dia sembunyikan sampai-sampai tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diinfakkan oleh tangan kanannya. 7. Dan seorang lelaki yang berdzikir/mengingat Allāh dalam keadaan sendirian lalu mengalirlah air matanya.” (HR. Bukhari: 660 dan Muslim: 1031)

( TABARRUJ / BUKA AURAT ) DAN WANITA YG PALING DEKAT DENGAN ALLAH SWT YAITU DIRUMAHNYA

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya wanita adalah aurat, maka jika dia keluar (rumah) Syaithan akan mengikutinya (menghiasainya agar menjadi fitnah bagi laki-laki), dan keadaanya yang paling dekat dengan Rabbnya (Allah Azza wa Jalla) adalah ketika dia berada di dalam rumahnya”. [ HR Ibnu Khuzaimah (no. 1685), Ibnu Hibban (no. 5599) dan at-Thabrani dalam “al-Mu'jamul ausath” (no. 2890), dinyatakan shahih oleh Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban, al-Mundziri ] Tabarruj adalah sunnah dari Iblis. Karena dia berusaha keras untuk membuka aurat dan menyingkap hijab mereka, maka tabarruj merupakan target utama (tipu daya) Iblis. Allah Jalaa Jalaaluh berfirman: يَا بَنِي آدَمَ لا يَفْتِنَنَّكُمُ الشَّيْطَانُ كَمَا أَخْرَجَ أَبَوَيْكُمْ مِنَ الْجَنَّةِ يَنزعُ عَنْهُمَا لِبَاسَهُمَا لِيُرِيَهُمَا سَوْآتِهِمَا “Hai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh Syaitan sebagaimana dia telah mengeluarkan kedua ibu bapakmu (Adam dan Hawa) dari Surga, dia menanggalkan dari keduanya pakaiannya untuk memperlihatkan kepada keduanya 'auratnya” [al-A’raaf: 27] Tabarruj digandengakan dengan syirik, zina, mencuri dan dosa-dosa besar lainnya, sehingga Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjadikan salah satu syarat untuk membai’at para wanita muslimah dengan meninggalkan tabarruj. Dari Abdullah bin ‘Amr bin al-‘Ash Radhiyallahu anhu, beliau berkata: Umaimah bintu Ruqaiqah datang menemui Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk membai’at beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam atas agama Islam. Maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Aku membai’at kamu atas (dasar) kamu tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu, tidak mencuri, tidak berzina, tidak membunuh anak-anakmu, tidak berbuat dusta yang kamu ada-adakan antara kedua tangan dan kakimu, tidak meratapi mayat, dan tidak melakukan tabarruj (sering keluar rumah dengan berhias dan bertingkah laku) seperti (kebiasaan) wanita-wanita Jahiliyah yang dahulu” [HR Ahmad (2/196) dan dinyatakan hasan kitab “Jilbaabul mar-atil muslimah” (hal. 121)] Tabarruj adalah sunnah Jahiliyah, sebagaimana dalam firman Allah: وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ وَلَا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الْأُولَى “Dan hendaklah kalian (wahai istri-istri Nabi) menetap di rumah-rumah kalian dan janganlah kalian bertabarruj (sering keluar rumah dengan berhias dan bertingkah laku) seperti (kebiasaan) wanita-wanita Jahiliyah yang dahulu” [al-Ahzaab:33]. Imam al-Qurthubi, ketika menafsirkan ayat di atas, beliau berkata: “Makna ayat ini adalah perintah (bagi kaum perempuan) untuk menetapi rumah-rumah mereka. Meskipun (asalnya) ini ditujukan kepada istri-istri Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, akan tetapi secara makna (wanita-wanita) selain mereka (juga) termasuk dalam perintah tersebut. Ini seandainya tidak ada dalil yang khusus (mencakup) semua wanita. Padahal (dalil-dalil dalam) syariat Islam penuh dengan (perintah) bagi kaum wanita untuk menetapi rumah-rumah mereka dan tidak keluar rumah kecuali karena darurat (terpaksa)” [ Kitab “al-Jaami’ liahkaamil Qur-an” (14/174). ] Imam asy-Syaukani berkata: “at-Tabarruj adalah dengan seorang wanita menampakkan sebagian dari perhiasan dan kecantikannya yang (seharusnya) wajib untuk ditutupinya, yang ini dapat memancing syahwat (hasrat) laki-laki” [ Kitab “Fathul Qadiir” (4/395) ]. Sebarkan.

15 DOSA DI KEPALA WANITA

1. Tidak berhijab (menutup aurat). Allah berfirman, yang artinya: “Hai Nabi katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mu’min:”Hendaklah mereka menjulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka“. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha pengampun lagi Maha penyayang.” (QS. Al-Ahzab: 59). Allah Ta’ala juga berfirman, yang artinya: “Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya.” (QS. An Nuur: 24). 2. Menyambung rambut / memakai konde. Dari Asma’ binti Abi Bakr, ada seorang perempuan yang menghadap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu berkata, “Telah kunikahkan anak gadisku setelah itu dia sakit sehingga semua rambut kepalanya rontok dan suaminya memintaku segera mempertemukannya dengan anak gadisku, apakah aku boleh menyambung rambut kepalanya. Rasulullah lantas melaknat perempuan yang menyambung rambut dan perempuan yang meminta agar rambutnya disambung” (HR Bukhari no 5591 dan Muslim no 2122). 3. Mewarnai / menyemir rambut dengan warna hitam. Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Pada akhir zaman nanti akan muncul suatu kaum yang bersemir dengan warna hitam seperti tembolok merpati. Mereka itu tidak akan mencium bau surga.” (HR. Abu Daud, An Nasa’i, Ibnu Hibban dalam shahihnya, dan Al Hakim. Al Hakim mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih. Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhib wa At Tarhib mengatakan bahwa hadits ini shahih). Dari Jabir radhiyallahu ‘anhu, dia berkata, ”Pada hari penaklukan Makkah, Abu Quhafah (ayah Abu Bakar) datang dalam keadaan kepala dan jenggotnya telah memutih (seperti kapas, artinya beliau telah beruban). Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ubahlah uban ini dengan sesuatu, tetapi hindarilah warna hitam.” (HR. Muslim). 4. Mencabut uban. Dari ‘Amr bin Syu’aib, dari ayahnya, dari kakeknya berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Janganlah mencabut uban. Tidaklah seorang muslim yang beruban dalam Islam walaupun sehelai, melainkan uban tersebut akan menjadi cahaya baginya pada hari kiamat nanti.” (HR. Abu Daud dan An Nasa’i. Syaikh Al Albani dalam Al Jami’ Ash Shagir mengatakan bahwa hadits ini shahih). 5. Memakai bulu mata palsu. Fatwa: "...Menurut hemat saya, tidak diperbolehkan memasang bulu mata buatan (palsu) pada kedua matanya, karena hal tersebut sama dengan memasang rambut palsu, dan Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam melaknat wanita yang memasang dan yang minta dipasangi rambut palsu. Jika Nabi telah melarang menyambungkan rambut dengan rambut lainnya (memasang rambut palsu) maka memasang bulu mata pun tidak boleh. Juga tidak boleh memasang bulu mata palsu karena alasan bulu mata yang asli tidak lentik atau pendek. Selayaknya seorang wanita muslimah menerima dengan penuh kerelaan sesuatu yang telah ditakdirkan Allah, dan tidak perlu melakukan tipu daya atau merekayasa kecantikan, sehingga tampak kepada sesuatu yang tidak dimilikinya, seperti memiliki pakaian yang tidak patut dipakai oleh seorang wanita muslimah..." (Disampaikan dan didiktekan oleh Syaikh Abdullah Bin Abdurrahman al-Jibrin. Sumber : Fatwa-Fatwa Terkini jilid 3, hal.80-81 cet, Darul Haq, Jakarta.) 6. Bertabarruj. Allah Azza wa Jalla berfirman, yang artinya: “Dan janganlah kalian (para wanita) bertabarruj (keluar rumah dengan berhias dan bertingkah laku) seperti (kebiasaan) wanita-wanita Jahiliyah yang dahulu” [al-Ahzaab:33]. 7. Merenggangkan / mengikir gigi. Dari Ibn Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, beliau mengatakan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang orang mencukur alis, mengkikir gigi, menyambung rambut, dan mentato, kecuali karena penyakit. (HR. Ahmad 3945 dan sanadnya dinilai kuat oleh Syuaib Al-Arnaut). Dari ibn Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, beliau mengatakan, “Semoga Allah melaknat orang yang mentato, yang minta ditato, yang mencabut alis, yang minta dikerok alis, yang merenggangkan gigi, untuk memperindah penampilan, yang mengubah ciptaan Allah. (HR. Bukhari 4886). 8. Membuat tatto. Lihat point ke-7. 9. Memakai jilbab gaul / tidak memenuhi syarat hijab. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bahkan telah memperingatkan kita dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah: “Ada dua golongan penghuni Neraka yang belum pernah aku lihat sebelumnya, yaitu suatu kaum yang membawa cambuk seperti ekor-ekor sapi betina yang mereka pakai untuk mencambuk manusia; wanita-wanita yang berpakaian (namun) telanjang, yang kalau berjalan berlenggak-lenggok menggoyang-goyangkan kepalanya lagi durhaka (tidak ta’at), kepalanya seperti punuk-punuk unta yang meliuk-liuk. Mereka tidak akan masuk Surga dan tidak dapat mencium bau wanginya, padahal bau wanginya itu sudah tercium dari jarak sekian dan sekian.” (Hadits shahih. Riwayat Muslim (no. 2128) dan Ahmad (no. 8673). 10. Memakai rambut palsu. Memakai wig/rambut palsu hukumnya haram, karena termasuk al-washl yaitu menyambung rambut yang diharamkan. (Fatwa asy-Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah). Seandainya tidak dianggap al-washl, maka wig itu menampakkan rambut si wanita lebih panjang daripada yang sebenarnya sehingga menyerupai al-washl. Padahal wanita yang melakukannya dilaknat sebagaimana disebutkan oleh hadits: “Allah melaknat wanita yang menyambung rambutnya dan minta disambungkan rambutnya.” (HR. al-Bukhari no. 5941, 5926 dan Muslim no. 5530). (Fatwa asy-Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah). Perbuatan al-washl ini diharamkan, sama saja apakah si wanita melakukannya dengan izin suami atau tidak, karena perbuatan haram tidak terkait dengan izin dan ridha. 11. Mencukur rambut menyerupai laki-laki atau wanita kafir. a. Potongan yang menyerupai potongan laki-laki maka hukumnya haram dan dosa besar, sebab Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang kaum wanita yang menyerupai kaum pria. Sebagaimana disebutkan dalam hadis, dari Ibn Abbas radliallahu ‘anhuma, bahwa beliau mengatakan: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melaknat kaum lelaki yang menyerupai wanita dan para wanita yang menyerupai lelaki.” (H.r. Bukhari) b. Potongan yang menyerupai potongan khas wanita kafir, maka hukumnya juga haram, karena tidak boleh menyerupai orang-orang kafir. Sebagaimana disebutkan dalam hadis dari Ibn Umar radliallahu ‘anhuma bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Siapa yang meniru-niru (kebiasaan) suatu kaum maka dia termasuk kaum tersebut” (H.r. Abu Daud, dan dishahihkan al-Albani)(Sumber: http://www.youtube.com/watch?v=ulgi9xGoDuQ. Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Deman Pembina Konsultasi Syariah) 12. Mencukur / mencabut bulu alis. Lihat point ke-7. 13. Memakai lensa kontak berwarna untuk tabarruj. Syaikh Muhammad shalih Al-Munajjid hafidzahullah berkata: "...lensa kontak berwana untuk perhiasan (untuk bergaya). Maka hukumnya sama dengan perhiasan, jika digunakan untuk berhias bagi suaminya maka tidak mengapa. Jika digunakan untuk yang lain maka hendaknya tidak menimbulkan fitnah. Dipersyaratkan juga tidak menimbulkan bahaya (misalnya iritasi dan alergi pada mata, pent) atau menimbulkan unsur penipuan dan kebohongan misalnya menampakkan pada laki-laki yang akan melamar. Dan juga tidak ada unsur menyia-nyiakan harta (israaf) karena Allah melarangnya." [Sumber: http://islamqa.info/ar/ref/926] 14. Operasi plastik untuk kecantikan. Syekh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin ditanya, “Bagaimana hukum melaksanakan operasi kecantikan dan hukum mempelajari ilmu kecantikan?” Jawaban beliau,”Operasi kecantikan (plastik) ini ada dua macam. Pertama, operasi kecantikan untuk menghilangkan cacat yang karena kecelakaan atau yang lainnya. Operasi seperti ini boleh dilakukan, karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah memberikan izin kepada seorang lelaki–yang terpotong hidungnya dalam peperangan–untuk membuat hidung palsu dari emas. Kedua, operasi yang dilakukan bukan untuk menghilangkan cacat, namun hanya untuk menambah kecantikan (supaya bertambah cantik). Operasi ini hukumnya haram, tidak boleh dilakukan, karena dalam sebuah hadis (disebutkan), ‘Rasulullah melaknat orang yang menyambung rambut, orang yang minta disambung rambutnya, orang yang membuat tato, dan orang yang minta dibuatkan tato.’ (H.R. Bukhari). (Fatawa Al-Mar’ah Al-Muslimah, hlm. 478–479). Sumber: Majalah As-Sunnah, edisi 5, tahun IX, 1426 H/2005 M. 15. Memakai kawat gigi untuk kecantikan / tabarruj. Syaikh Ibnu Utsaimin pernah ditanya, “Apa hukumnya memperbaiki gigi?” Syaikh menjawab, “Memperbaiki gigi ini dibagi menjadi dua kategori: Pertama, jika tujuannya supaya bertambah cantik atu indah, maka ini hukumnya haram. Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam melaknat wanita yang menata giginya agar terlihat lebih indah yang merubah ciptaan Allah. Padahal seorang wanita membutuhkan hal yang demikian untuk estetika (keindahan), dengan demikian seorang laki-laki lebih layak dilarang daripada wanita. Kedua, jika seseorang memperbaikinya karena ada cacat, tidak mengapa ia melakukannya. Sebagian orang ada suatu cacat pada giginya, mungkin pada gigi serinya atau gigi yang lain. Cacat tersebut membuat orang merasa jijik untuk melihatnya. Keadaan yang demikian ini dimaklumi untuk membenarkannya. Hal ini dikategorikan sebagai menghilangkan aib atau cacat bukan termasuk menambah kecantikan. Dasar argumentasinya (dalil), Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan seorang laki-laki yang hidungnya terpotong agar menggantinya dengan hidung palsu dari emas, yang demikian ini termasuk menghilangkan cacat bukan dimaksudkan untuk mempercantik diri.” Allahu a’lam. (Dijawab oleh Tim Redaksi Konsultasi Syariah). Oleh Abu Fahd Negara Tauhid.

NASIHAT SALAFUSH SHALIH UNTUK DIRIKU & UNTUKMU PARA SAHABATKU

Dari Kinanah bin Jibillah As-Sullami, diriwayatkan bahwa ia berkata: Apabila engkau melihat orang yang lebih tua umurnya darimu, katakanlah (kepada dirimu): "Orang ini sudah mendahuluiku dalam beriman dan beramal shalih, ia tentu lebih baik dariku." Apabila engkau melihat orang yang lebih muda umurnya darimu, katakanlah (kepada dirimu): "Aku telah mendahuluinya berbuat dosa dan kemaksiatan, ia tentu lebih baik dariku." Apabila engkau melihat sahabat-sahabatmu menghormati dan memuliakanmu, katakanlah (kepada dirimu): "Ini adalah keutamaan yang akan diperhitungkan nanti." Kalau engkau melihat mereka kurang menghormatimu, katakanlah (kepada dirimu): "Ini adalah akibat dosa yang kuperbuat sendiri." [Shifatush Shafwah (III: 248), Ibnul Jauzi. Dikutip dari buku "Sudah Salafikah Akhlak Anda?"

BELAJAR Dan INTROSPEKSI Diri

Jangan memandang kejahatan orang lain sebagai sebuah kepastian bahwa ia bakal masuk ke dalam Neraka.. Dan jangan pula memandang kebaikan diri sendiri sebagai sebuah kepastian bahwa kita bakal masuk ke dalam Surga.. Karena sesungguhnya hati manusia itu sewaktu-waktu bisa berubah. Kadang baik dan kadang pula menjadi tidak baik.. Seseorang yang sekarang jahat belum tentu selamanya dan saat akhir kematiannya akan tetap jahat.. Demikian pula seseorang yang sekarang baik belum tentu selamanya dan saat akhir kematiannya tetap baik.. Surga dan Neraka hanya Allah yang menentukan.. Kita hanya sebatas berusaha menjadi orang yang baik dengan mengerjakan perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya.. Semoga kita akan senantiasa mendapatkan rahmat serta hidayah-nya Nya sehingga kita bakal ditempatkan mulia di sisi-Nya menjadi salah satu yang terbaik.. Aamiin.. Semoga bermanfaat..

Petuah ulama, pentingnya menjaga waktu

Inilah nasehat berharga dari para ulama kita. Sungguh di zaman ini, kita akan melihat banyak orang yang menyia-nyiakan waktu dan umurnya dengan sia-sia. Kebanyakan kita saat ini hanya mengisi waktu dengan maksiat, lalai dari ketaatan dan ibadah, dan gemar melakukan hal yang sia-sia yang membuat lalai dari mengingat Allah. Padahal kehidupan di dunia ini adalah kehidupan yang sangat singkat, tetapi kebanyakan kita lalai memanfaatkan waktu yang telah Allah berikan **Ketahuilah bahwa Engkau Seperti Hari-harimu =================================== Hasan Al Bashri mengatakan, ابن آدم إنما أنت أيام كلما ذهب يوم ذهب بعضك “Wahai manusia, sesungguhnya kalian hanyalah kumpulan hari. Tatkala satu hari itu hilang, maka akan hilang pula sebagian dirimu.” [Hilyatul Awliya’, 2/148, Darul Kutub Al ‘Arobi] **Waktu Pasti akan Berlalu, Beramallah =================================== Ja’far bin Sulaiman berkata bahwa dia mendengar Robi’ah menasehati Sufyan Ats Tsauri, إنما أنت أيام معدودة، فإذا ذهب يوم ذهب بعضك، ويوشك إذا ذهب البعض أن يذهب الكل وأنت تعلم، فاعمل. “Sesungguhnya engkau adalah kumpulan hari. Jika satu hari berlalu, maka sebagian dirimu juga akan hilang. Bahkan hampir-hampir sebagian harimu berlalu, lalu hilanglah seluruh dirimu (baca: mati) sedangkan engkau mengetahuinya. Oleh karena itu, beramallah.” [Shifatush Shofwah, 1/405, Asy Syamilah] **Waktu Bagaikan Pedang ==================================== Imam Asy Syafi’i rahimahullah pernah mengatakan, صحبت الصوفية فلم أستفد منهم سوى حرفين أحدهما قولهم الوقت سيف فإن لم تقطعه قطعك “Aku pernah bersama dengan orang-orang sufi. Aku tidaklah mendapatkan pelajaran darinya selain dua hal. Pertama, dia mengatakan bahwa waktu bagaikan pedang. Jika kamu tidak memotongnya (memanfaatkannya), maka dia akan memotongmu.” Jika Tidak Tersibukkan dengan Kebaikan, Pasti akan Terjatuh pada Perkara yang Sia-sia Lanjutan dari perkataan Imam Asy Syafi’i di atas, “Kemudian orang sufi tersebut menyebutkan perkataan lain: ونفسك إن أشغلتها بالحق وإلا اشتغلتك بالباطل Jika dirimu tidak tersibukkan dengan hal-hal yang baik (haq), pasti akan tersibukkan dengan hal-hal yang sia-sia (batil).”[Al Jawabul Kafi, 109, Darul Kutub Al ‘Ilmiyah] **Waktu Berlalu Begitu Cepatnya ===================================== Ibnul Qoyyim rahimahullah mengatakan, “Waktu manusia adalah umurnya yang sebenarnya. Waktu tersebut adalah waktu yang dimanfaatkan untuk mendapatkan kehidupan yang abadi, penuh kenikmatan dan terbebas dari kesempitan dan adzab yang pedih. Ketahuilah bahwa berlalunya waktu lebih cepat dari berjalannya awan (mendung). Barangsiapa yang waktunya hanya untuk ketaatan dan beribadah pada Allah, maka itulah waktu dan umurnya yang sebenarnya. Selain itu tidak dinilai sebagai kehidupannya, namun hanya teranggap seperti kehidupan binatang ternak.” **Kematian Lebih Layak Bagi Orang yang Menyia-nyiakan Waktu ========================================= Lalu Ibnul Qoyyim mengatakan perkataan selanjutnya yang sangat menyentuh qolbu, “Jika waktu hanya dihabiskan untuk hal-hal yang membuat lalai, untuk sekedar menghamburkan syahwat (hawa nafsu), berangan-angan yang batil, hanya dihabiskan dengan banyak tidur dan digunakan dalam kebatilan (baca: kesia-siaan), maka sungguh kematian lebih layak bagi dirinya.”[Al Jawabul Kafi, 109] **Janganlah Sia-siakan Waktumu Selain untuk Mengingat Allah ======================================== Dari Abdullah bin Abdil Malik, beliau berkata, “Kami suatu saat berjalan bersama ayah kami di atas tandunya. Lalu dia berkata pada kami, ‘Bertasbihlah sampai di pohon itu.’ Lalu kami pun bertasbih sampai di pohon yang dia tunjuk. Kemudian nampak lagi pohon lain, lalu dia berkata pada kami, ‘Bertakbirlah sampai di pohon itu.’ Lalu kami pun bertakbir. Inilah yang biasa diajarkan oleh ayah kami.”[Az Zuhud li Ahmad bin Hambal, 3/321, Asy Syamilah] Semoga kita sebagai hamba Allah senantiasa diberi kemudahan untuk memanfaatkan waktu ini dalam ketaatan dan dijauhkan dari kelalaian, Amiin..

Tingkatan Kepribadian Manusia, Pandangan Islam

Manusia dalam pribadinya memiliki tingkatan kepribadian dalam perspektif islam. Apa saja?? tingkatan kepribadian tersebut? Berikut merupakan tingkatan kepribadian manusia: Kepribadian tingkat 1 : An-Nafs al-Ammarah Lebih pada hasrat dan kenikmatan dunia.Ditingkat ini iri, serakah, sombong, nafsu seksual, pamer, fitnah, dusta, marah dan sejenisnya menjadi yg paling dominan. Tertuju pada selera jasmani dan pemanjaan ego. Kepribadian tingkat 2 : An-Nafs al-Lawwamah Sudah mulai melawan nafsu jahat yg ada, meski tak menentu tentang tujuan hidupnya. Hasrat rendah mulai ia lawan oleh jiwanya tapi masih menjadi subyek yg dikendalikan hasrat2 yg bersifat fisik, sering tertipu oleh kefana’an dunia. Kepribadian tingkat 3 : An- Nafs al-Mulhima Menyadari cahaya sejati adalah petunjuk Allah SWT. Taqwa dan mencari ridho Allah adalah garis besarnya. Menginntrospeksi diri, berdzikir dan mengikuti Sunah Nabi. Kepribadian tingkat 4 : An-Nafs al-Qana’ah Hati yg telah mantab, menerima apa adanya. Ketinggalan ‘status’ baginya bukan berarti keterbelakangan dan kebodohan. Ketidakpuasan menunjukan bahwa ia serakah, pada tingkat ini manusia meyakini bahwa Allah mengetahui apa yg terbaik dalam situasi apapun. Kepribadian tingkat 5 : An-Nafs al-Mut’mainnah Menemukan kebahagiaan dalam mencintai Allah. Jiwanya tenang, terbebas dari ketegangan, karena pengetahuannya telah mantap bahwa segala sesuatu akan kembali kepada Allah SWT. Benar-benar telah memperoleh kualitas yg sangat baik dalam ketenangan dan keheningan. Kepribadian tingkat 6 : An-Nafs al-Radiyah Ini adalah ciri tambahan bagi jiwa yg puas dan tenang. Ia merasa bahagia karena Allah SWT ridho padanya. Menyadari bahwa Islam adalah fitrah insan dan ia pun haqqul yaqin pada firman Allah SWT, “…. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia sangat baik bagimu….” Ia patuh pada Allah SWT semata-mata hanya sebagai perwujudan rasa syukurnya. Kepribadian tingkat 7 : An-Nafs al-Kamilah Ini adalah tingkat manusia yg sempurna (al-Insan al-Kamil). Kesempurnaannya adalah kesempurnaan moral yg telah bersih dari semua hasrat kejasmanian sebagai hasil dari kesadaran murni akan pengetahuan yg sempurna tentang Allah SWT. “Selubung diri” nya telah terbuka hanya mengikuti Kesadaran Illahi. Nabi Muhammad SAW adalah contoh manusia yg telah sampai pada tingkat ini. Kepribadiannya mengungkapkan segala hal yg mulia dalam kodrat manusia. Sumber : "Pengenalan Diri"